<p>Kantor BRI Syariah. Foto: Panji Asmoro/TrenAsia</p>
Industri

Optimistis Merger Rampung Sesuai Target, Pefindo Sematkan Rangking idAA+ ke BRI Syariah

  • JAKARTA – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menetapkan peringkat idAA+ kepada PT Bank BRI Syariah Tbk. (BRIS) Peringkat tersebut diberikan dengan prospek positif seiring dengan proses merger bank syariah yang masih berjalan hingga saat ini. Handhayu Kusumowinahyu dan Kreshna Dwinanta Armand selaku analis memandang, prospek transaksi merger antara PT Bank BRIsyariah Tbk., PT Bank BNI […]

Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menetapkan peringkat idAA+ kepada PT Bank BRI Syariah Tbk. (BRIS)

Peringkat tersebut diberikan dengan prospek positif seiring dengan proses merger bank syariah yang masih berjalan hingga saat ini.

Handhayu Kusumowinahyu dan Kreshna Dwinanta Armand selaku analis memandang, prospek transaksi merger antara PT Bank BRIsyariah Tbk., PT Bank BNI syariah, dan PT Bank Syariah Mandiri akan meningkatkan profil kredit bank hasil penggabungan.

“Profil kredit bank bisa meningkat, mengingat penggabungan tersebut akan menciptakan bank syariah terbesar di Indonesia,” ungkapnya dalam keterangan tertulis yang diterima TrenAsia.com, Rabu, 18 November 2020.

Keduanya mengatakan, total aset yang dihasilkan oleh bank hasil merger akan mencapai Rp214,7 triliun atau setara 40,4% dari industri perbankan.

Di samping itu, Pefindo yakin proses merger bisa rampung sesuai target yang telah ditentukan, yakni Februari 2021. Jika tidak terlaksana, outlook peringkat dapat direvisi kembali menjadi stabil.

Dalam jangka panjang, ujarnya, merger akan memperkuat profil bisnis ke depannya. Hal ini didukung oleh pemanfaatan jaringan, diversifikasi pembiayaan, dan struktur pendanaan yang lebih baik.

Optimistis Profil Kredit Tetap Kuat

Adapun mengenai dampak pandemi, Pefindo berpandangan situasi ini tak akan berdampak besar pada profil risiko industri perbankan syariah.

Profil kredit BRIsyariah secara keseluruhan diprediksi tetap sehat, mengingat ada komitmen kuat dari induk perusahaan alias PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI. Bank bersandi BBRI ini dianggap memiliki permodalan dan profil likuiditas yang kuat.

Dalam laporan keuangan terbaru per kuartal III 2020, BRI Syariah berhasil mencatat laba sebesar Rp190,5 miliar. Laba tersebut melejit 238% year-on-year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp56 miliar.

Salah satu penopang laba bersih ini adalah pembiayaan yang tumbuh sebesar 57,9% yoy atau senilai Rp40 triliun.

Pembiayaan ditopang oleh segmen ritel, yakni usaha kecil dan menengah (UKM), mikro, dan konsumer yang mencapai Rp12,2 triliun.

Selain itu, pembiayaan mikro BRI Syariah juga berkontribusi sebesar Rp10,9 triliun atau tumbuh 185% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Adapun segmen mikro lainnya adalah kredit usaha rakyat (KUR) yang tumbuh sebesar Rp4,3 triliun.

Penyaluran pembiayaan tersebut rupanya diikuti oleh penurunan rasio NPF. Secara gross, NPF turun dari 4,45% menjadi 3,35% pada periode ini. Kemudian NPF net menjadi Rp1,73% dari yang sebelumnya 3,97%.

Dari sisi dana pihak ketiga (DPK), perseroan mampu menghimpun sebesar Rp49 triliun, tumbuh tinggi 43% dibandingkan Rp34 triliun per akhir 2019.

Pertumbuhan ini juga terjadi untuk total aset yang naik 30% dari Rp43 trilun per akhir 2019 menjadi Rp56 triliun per kuartal III 2020.