Nampak suasana pameran Indonesia Electric Motor Show (IEMS) 2021 di Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan, Rabu 24 November 2021. Pameran yang diselenggarakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menampilkan berbagai jenis kendaraan listrik mulai dari sepeda, motor listrik, mobil listrik karya anak bangsa hingga mobil mewah serta alat pengisian ulang kendaraan listrik, yang berlangsung hingga 26 November 2021. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Nasional

Outlook Otomotif 2023: Jembatani Konversi BBM ke Listrik, Sistem Hybrid Lebih Menarik

  • Pasalnya, mobil hybrid lebih ramah dengan pasar Indonesia dari segi kebutuhan dan kemampuan beli

Nasional

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – Setelah berhasil membalikkan kinerja penjualan tahun lalu menjadi hampir seperti 2019 pada saat sebelum COVID-19, industri otomotif nasional percaya diri menyambut 2023.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menargetkan penjualan tahun ini mencapai 975 ribu unit kendaraan. Ketua I GAIKINDO Jongkie Sugiharto mengatakan, tahun ini industri otomotif optimistis penjualan mobil akan sama dengan 2022 meski ekonomi global dibayangi resesi.

Tak luput, kendaran listrik juga masih diyakini akan bersinar tahun ini lantaran tren peningkatan permintaan serta rencana insentif dari pemerintah. Pada periode Januari – November 2022, penjualan mobil listrik mencapai 7.923 unit atau sekitar 93% dari target tahun lalu. 

Diperkirakan, total penjualan setahun penuh 2022 mencapai 8.500 unit. Angka tersebut melanjutkan tren positif penjualan kendaraan ramah lingkungan itu. Sebab, pada 2021, kendaraan listrik hanya mampu terjual sebanyak 687 unit. 

Setali tiga uang, penjualan mobil hybrid pada periode yang sama pada 2022 naik sebesar 65,84% menjadi 7.235 unit dari 2.472 unit pada 2021.

Hybrid Lebih Menarik

Kendati telah memikat banyak konsumen, Jongkie mengakui penetrasi kendaraan listrik masih terkendala harga. Tak dimungkiri, kendaraan listrik atau hybrid yang mengaspal di Indonesia saat ini dibanderol di atas harga rata-rata kemampuan masyarakat membeli mobil.

Di mana kendaraan listrik saat ini berada di kisaran Rp700 juta ke atas. Di sisi lain, kemampuan rata-rata masyarakat Indonesia membeli mobil adalah Rp300 juta ke bawah dengan spesifikasi mobil keluarga berkapasitas 7 orang.

Jalan tenganya, kata Jongkie, pemerintah bisa memfokuskan transisi ini dengan kendaraan hybrid. Pasalnya, mobil hybrid lebih ramah dengan pasar Indonesia dari segi kebutuhan dan kemampuan beli. 

“Ada jalan keluar juga sebetulnya kalau kita mau menghemat pemakaian bahan bakar minyak (BBM), bisa masuk dulu ke hybrid maupun plug-in hybrid, dengan masuknya itu, ini harga tak naik signifikan (dari konvensional ke hybrid),” kata Jongkie beberapa waktu lalu.

Hal ini dilihat lebih realistis tercapai mengingat penggunaan kendaraan hybrid sudah bisa menghemat BBM hingga 25%. Dengan begitu, tujuan utama untuk mengurangi emisi karbon dari penggunaan BBM bisa tercapai dengan lebih realistis.

Insentif Kendaraan Listrik

Keseriusan pemerintah mengebut transisi kendaran listrik ditunjukkan lewat rencana pemberian insentif. Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggelar rapat membahas ekosistem kendaraan listrik.

Pemerintah mengatakan tengah menyiapkan insentif untuk kendaraan listrik sebesar Rp5 triliun. Perinciannya, untuk pembeli mobil listrik sekitar Rp80 juta, sedangkan untuk pembeli mobil listrik hibrid sekitar Rp40 juta. Motor listrik juga akan mendapat insentif Rp8 juta dan konversi motor konvensional menjadi motor listrik mendapat insentif Rp5 juta. 

Menyoal rencana insentif kendaraan listrik, Gaikindo berpendapat wacana tersebut mampu memuluskan transisi kendaraan. Menurut Jongkie, rencana pemerintah memberikan insentif untuk pembelian mobil listrik murni produksi dalam negeri dengan besaran Rp80 juta tahun ini dapat menjadi pemicu penjualan. 

Tak hanya bagi konsumen, insentif tersebut juga diyakini akan mendorong produsen kendaraan listrik untuk berinvestasi di Indonesia. “Kami akan support dan dukung sekali program ini, semua merek sudah memiliki produk BEV, tinggal mereka menentukan timing untuk masuk ke pasar Indonesia,” katanya. 

Di sisi lain, Ketua Umun Pusat Masyarakat Transportasi Indonesia, Djoko Setijowarno mengatakan sebaiknya insentif dialokasikan untuk membenahi transportasi umum, mobilitas di daerah 3 T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal) dan daerah kepulauan. Mengingat kondisi layanan transportasi umum makin menurun dan kondisi geografis yang menyulitkan penyaluran BBM. 

"Angka inflasi dapat ditekan dengan makin banyak warga menggunakan transportasi umum di perkotaan," kata Djoko juga pada TrenAsia tempo hari.

Djoko juga menyayangkan rencana subsidi yang akan diberikan untuk usaha ojek daring. Menurutnya, kebijakan yang tengah diformulasikan pemerintah saat ini masih kurang tepat, karena bisa menimbulkan masalah baru seperti kemacetan dan kecelakaan lalu lintas. 

Ia berpendapat kebijakan tersebut ditinjau ulang dan disesuaikan dengan kebutuhan dan visi ke depan transportasi Indonesia. Rencana pemerintah memberikan subsidi untuk sepeda motor listrik yang digunakan oleh angkutan online dinilai tidak memiliki pijakan dalam ekosistem transportasi di Indonesia. 

"Angkutan online terutama sepeda motor yang akan menjadi sasaran subsidi jika beralih ke kendaraan listrik sesungguhnya tidak lebih membutuhkan subsidi ketimbang angkutan umum perkotaan yang berbasis bus atau rel. Apalagi sepeda motor tidak menjadi bagian dari angkutan umum." 

Harapan agar masyarakat meninggalkan kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik diperkirakan tak akan terjadi dengan kebijakan insentif yang disiapkan pemerintah. Justru, insentif hanya menambah jumlah kendaraan di jalan dengan kendaraan listrik. Karena itu, kemacetan diperkirakan semakin parah. 

Jika diberikan ke kendaraan umum, macet, polusi dan kecelakaan akan teratasi sekaligus. Insentif kendaraan listrik semestinya dialokasikan untuk pembelian bus listrik untuk angkutan umum. Hal ini akan mendorong penggunaan angkutan umum yang nyaman dan ramah lingkungan, dominasi kendaraan pribadi sekaligus dikurangi.

Industri pembiayaan ikut kecipratan berkah

Pertumbuhan transisi kendaraan berbasis listrik tak hanya memberikan berkah bagi industri otomotif, melainkan industri pembiayaan seperti perbankan dan multifinance. Buktinya, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) mencatat pertumbuhan pembiayaan untuk kendaraan listrik sebanyak tiga kali lipat dari tahun sebelumnya. 

Pada 2022, Adira membiayai kredit mobil dan motor listrik sebesar Rp29,6 miliar. Direktur Portofolio Adira Finance Harry Latif mengatakan dari total pembiayaan tersebut, pembiayaan mobil listrik mencapai 75%. 

Melihat potensi pasar yang besar, Harry menyebut perseroan akan berikan pelayanan yang berbeda dengan berbagai macam penawaran bagi konsumen kendaraan listrik. "Tahun ini kita optimis pembiayaan kendaran listrik dapat bertumbuh," ujar Harry dalam konferensi pers, Kamis 5 Januari 2023. 

Harry memproyeksi pertumbuhan pembiayaan kendaraan listrik pada 2023 tumbuh dua atau tiga kali lipat, yaitu sekitar Rp60-Rp70 miliar.