Over Gas, Tapi Indonesia Masih Impor LPG 5,5 Juta Ton
- Kapasitas produksi kilang LPG di dalam negeri saat ini jumlahnya terbatas. Oleh karena itu, sebagian besar dari kebutuhan LPG domestik harus dipenuhi dari impor
Energi
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif tak menekankan Indonesia harus bisa mengurangi ketergantungan impor energi.
Pasalnya kata Arifin Indonesia memiliki sumber daya gas alam sendiri bahkan sudah bisa diekspor. Namun, Indonesia nyatanya saat ini masih mengimpor 5,5 juta ton LPG setiap tahun.
"LPG kita masih impor 5,5 juta ton per tahun dan trennya terus meningkat, sementara kita memiliki gas yang berlebih dan kita ekspor," kata Arifin dalam Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia di Hotel St. Regis, Jakarta, Jumat 22 Desember 2023.
- BI Buka Pintu Pelonggaran Suku Bunga pada 2024
- Trudeau Gelontor US$354 Juta Atasi Krisis Perumahan di Toronto
- Kontrak LNG Dengan Gunvor, Analis Ini Yakin PGN Dapat Penuhi Pasokan
- Shanghai Alami Cuaca Dingin Terburuk dalam 40 Tahun Terakhir
Maka sebagai Menteri ESDM, Arifin mencari ragam strategi agar Indonesia tidak ketergantungan impor energi. Saat ini ada sejumlah temuan atau discovery baru yang bisa dipercepat produksinya, hal ini diperlukan pembangunan transmisi untuk listrik dan gas agar penemuan ini bisa dimanfaatkan.
Sementara mendorong proyek-proyek pembangkit dari energi baru terbarukan yang sudah ada, diperlukan perbaikan dan efisiensi. Industri pendukung juga perlu terus disiapkan sehingga makin mudah menjangkau investor untuk masuk ke dalam negeri.
Menurutnya jika kapasitas industri tidak memadai maka skala ekonomi sulit di capai. Sehingga secara pararel membangunan infrastruktur berbasis EBT dan menarik investasi harus sejalan.
Dengan seragam persiapan tersebut, memanfaatkan gas alam dalam negeri, Arifin mengatakan angka impor bisa ditekan dan keamanan energi Indonesia bisa terus dikembangkan.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, Indonesia memiliki sebanyak 17 lokasi lapangan migas yang berpotensi mengandung Liquefied Petroleum Gas (LPG). Jika 17 lokasi yang mengandung LPG ini dapat diproduksikan, tentunya akan membantu negara dalam mengurangi impor. Apalagi terdapat potensi tambahan LPG sebesar 1,2 juta ton dari lokasi tersebut.
Kementerian esdm juga mengidentifikasi industri-industri yang saat ini masih membakar LPG. Salah satunya seperti yang ada di Kilang Cilacap.
Alasan Impor
Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan, terus meningkatnya impor LPG RI karena kapasitas produksi kilang LPG di dalam negeri saat ini jumlahnya terbatas. Oleh karena itu, sebagian besar dari kebutuhan LPG domestik harus dipenuhi dari impor.
Selama 2022, kuota LPG subsidi Indonesia per tahunnya dipatok sebesar 8 juta metrik ton. Sementara, kapasitas produksi kilang LPG RI hanya sebesar 1,9 juta metrik ton.