Pabrik Baterai Listrik Groundbreaking Pekan Depan, Investasinya Tembus Rp142 Triliun
- Menteri Investasi/Kepala BPKM Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah segera melakukan groundbreaking pembangunan pabrik baterai listrik pekan depan dengan investasi Rp142 triliun.
Industri
JAKARTA -- Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah segera melakukan groundbreaking pembangunan pabrik baterai listrik pekan depan.
Pabrik baterai listrik itu dibangun PT Industri Baterai Indonesia (IBC) serta konsorsium LG Chem Ltd. dan Contemporary Amperex Technology Co Ltd. (CATL). Nilai investasi pembangunan itu mencapai Ro142 triliun.
"Tanggal 15 September 2021 mendatang, Indonesia akan groundbreaking pabrik baterai listrik melalui PT Industri Baterai Indonesia (IBC) dan Konsorsium LG serta CATL. Nilai investasinya mencapai US$9,8 miliar atau sekitar Rp142 triliun," ujar Bahlil dalam acara penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Kemenves/BPKM dengan Institute for Development Economics and Finance (Indef), yang digelar pada Rabu, 8 September 2021.
- Pemakaman Terhormat Bagi Hewan Peliharaan di Hong Kong
- Transaksi Platform Online Streaming OVO Terbang 280 Persen pada Agustus 2021
- Situasi Masih Rentan, Sampoerna Sebut Kebijakan Cukai 2022 Sangat Menentukan Sektor Tembakau
Dia menyebut bahwa pemerintah terus mengupayakan agar Indonesia menjadi salah satu produsen besar baterai mobil yang berbahan baku utama nikel.
Cadangan nikel Indonesia diklaim mencapai 25% dari total kekayaan nikel dunia. Menurut Bahlil, Indonesia harus memanfaatkan potensi kekayaan tersebut seiring perpindahan penggunaan energi fosil ke energi baterai atau energi baru terbarukan (EBT).
"Setelah era kejayaan hasil hutan kayu, emas dan perikanan yang kini telah kalah kinerjanya dengan Vietnam dan Thailand, maka sekarang harus dapat mengoptimalkan sumber daya alam, seperti nikel yang dimiliki Indonesia," katanya.
Bahlil menambahkan, pembangunan pabrik baterai listrik merupakan strategi penting untuk melakukan hilirisasi industri agar mendapat nilai tambah yang tinggi karena nantinyab bisa diekspor ke luar negeri.
"Jadi langsung ke hilir dan bukan membangun smelternya dulu. Hal itu agar nilai tambah hasil produksi pabrik baterei cell 10 Giga dengan investasi US$1,2 miliar agar bisa dimanfaatkan sepenuhnya bagi Indonesia," pungkasnya.
Dia lagi-lagi menekankan bahwa dalam menarik investor asing ke Indonesia, pihaknya tetap memastikan untuk menyerap tenaga kerja lokal dan memperkecil porsi tenaga kerja asing guna meningkatkan lapangan kerja.
"BKPM juga akan membatasi penggunaan tenaga kerja asing yang tidak memenuhi syarat Undang-undang ketenagakerjaan. Tenaga kerja Indonesia secara maksimal akan diserap dalam keagiatan investrasi di Indonesia," ungkap Bahlil.