Pabrik Smelter Rampung hingga Ekspansi dengan Inalum, Antam Siapkan Duit Rp2,84 Triliun
Badan usaha milik negara (BUMN) tambang mineral PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) berencana mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) untuk tahun 2021 sebesar Rp2,84 triliun.
Industri
JAKARTA – Badan usaha milik negara (BUMN) tambang mineral PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) berencana mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) untuk tahun ini sebesar Rp2,84 triliun.
Sekretaris Perusahaan Aneka Tambang Kunto Hendraprawoko menyatakan bahwa sumber pendanaan modal berasal dari kas internal perseroan. Ia bilang, pihaknya juga akan menjajaki pendaan yang bersumber dari pihak eksternal yang dapat memberikan biaya kompetitif.
“Untuk capex tahun ini, selain dari kas internal, kami juga akan menjajaki pendanaan dari eksternal yang memberikan cost of fund kompetitif,” ujarnya dalam konferensi pers virtual usai pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar perseroan, Rabu 7 April 2021.
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
- Pemberdayaan Perempuan di Perusahaan Jepang Masih Alami Krisis Pada Tahun 2021
Rencananya, sebagian besar capex akan dipergunakan untuk pengembangan usaha dan operasional perseroan yang bersifat rutin. Sedangkan, sisanya bakal dipakai untuk menjalankan proyek-proyek ANTM serta keperluan lainnya.
Kunto menyatakan, saat ini pihaknya sedang dalam tahap penyelesaian pabrik pemurnian (smelter) feronikel di Halmahera Timur, Maluku Utara. Perseroan juga akan melaksanakan ekspansi usaha bersama dengan Holding BUMN tambang, PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) alias Inalum.
ANTM mencatat kinerja yang mengesankan selama tahun pandemi 2020. Hal ini dibuktikan dengan laba bersih yang meroket hingga 492,90% year-on-year (yoy) menjadi Rp1,15 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp193,85 miliar.
Padahal, selama pandemi tahun lalu perseroan justru membukukan penurunan penjualan secara tahunan. Sepanjang 2020, penjualan perseroan turun 16,34% yoy dari Rp27,37 triliun menjadi Rp32,72 triliun.