<p>Pengrajin menyelesaikan pembuatan batik di workshop Batik Marunda, di Rusun Marunda, Jakarta Utara, Selasa, 14 Juli 2020. Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) M. Faisal mengatakan persoalan yang sekarang dihadapi UMKM tak hanya soal akses ke pembiayaan. Penurunan dari sisi permintaan juga berpengaruh terhadap kelangsungan UMKM, terutama mikro, yang tersengat langsung imbas pandemi covid &#8211; 19. Oleh karena itu, akses pasar sangat dibutuhkan oleh para pelaku usaha mikro. Pemerintah perlu memikirkan hal ini supaya kombinasi kebijakan yang telah diterbitkan pemerintah benar-benar menyentuh ke pokok persoalan. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Pacu Daya Saing Global, Pemerintah Susun Standar Labelisasi Batik Nasional

  • Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita akan menyusun standar, labelisasi dan sertifikasi produk batik nasional

Industri

Aprilia Ciptaning

JAKARTA – Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita akan menyusun standar, labelisasi dan sertifikasi produk batik nasional.

Hal ini dilakukan untuk menjamin kualitas mutu batik lewat Standar Nasional Indonesia (SNI), maupun Standar Industri Hijau (SIH).

“Kami terus memacu pengembangan industri batik nasional agar berdaya saing global, termasuk mendorong untuk penerapan industri hijau,” mengutip keterangan tertulis, Sabtu, 24 April 2021.

Selama ini, ujar Agus, pihaknya melakukan pengembangan dan pemanfaatan teknologi melalui program pelatihan kepada pelaku industri, salah satunya pada program inkubasi Innovating Jogja.

Program yang melingkupi kerajinan dan alih teknologi ini memberikan bimbingan teknis, workshop, dan klinik konsultansi.

Di samping itu, Kemenperin juga melakukan riset produk batik lewat pengembangan aplikasi Batik Analyzer untuk mendeteksi batik dan tiruan batik.

Kemudian, ada pula eksplorasi sumber dan teknologi proses penyediaan pewarna alami untuk batik, serta pembuatan katalog warna alam digital.

Ke depan, proses dan peralatan membatik juga didorong ke arah hemat energi, misalnya dengan menggunakan kompor listrik, canting listrik, dan mesin cap batik otomatis. 

Sementara itu, Kepala Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Kemenperin Titik Purwati Widowati mengatakan, industri hijau di sektor ini bisa diwujudkan melalui pengunaan sumber daya terbarukan sebagai bahan baku.

“Misalnya dengan menggunakan media batik dari serat alam, serta pewarna alami dan formula malam batik yang sumbernya dapat diperbarui,” ungkapnya.

Sebab, kata dia, selama ini bahan baku produksi batik masih menggunakan malam atau lilin dari formulasi parafin. Bahan ini bersumber dari minyak bumi yang diprediksi perlahan akan habis.

Dengan menggunakan malam batik berbasis sawit, kata Ttitik, diharapkan bisa menekan importasi parafin sehingga tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) industri batik juga meningkat.