Pacu Daya Saing Global, Pemerintah Susun Standar Labelisasi Batik Nasional
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita akan menyusun standar, labelisasi dan sertifikasi produk batik nasional
Industri
JAKARTA – Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita akan menyusun standar, labelisasi dan sertifikasi produk batik nasional.
Hal ini dilakukan untuk menjamin kualitas mutu batik lewat Standar Nasional Indonesia (SNI), maupun Standar Industri Hijau (SIH).
“Kami terus memacu pengembangan industri batik nasional agar berdaya saing global, termasuk mendorong untuk penerapan industri hijau,” mengutip keterangan tertulis, Sabtu, 24 April 2021.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Selama ini, ujar Agus, pihaknya melakukan pengembangan dan pemanfaatan teknologi melalui program pelatihan kepada pelaku industri, salah satunya pada program inkubasi Innovating Jogja.
Program yang melingkupi kerajinan dan alih teknologi ini memberikan bimbingan teknis, workshop, dan klinik konsultansi.
Di samping itu, Kemenperin juga melakukan riset produk batik lewat pengembangan aplikasi Batik Analyzer untuk mendeteksi batik dan tiruan batik.
Kemudian, ada pula eksplorasi sumber dan teknologi proses penyediaan pewarna alami untuk batik, serta pembuatan katalog warna alam digital.
Ke depan, proses dan peralatan membatik juga didorong ke arah hemat energi, misalnya dengan menggunakan kompor listrik, canting listrik, dan mesin cap batik otomatis.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Kemenperin Titik Purwati Widowati mengatakan, industri hijau di sektor ini bisa diwujudkan melalui pengunaan sumber daya terbarukan sebagai bahan baku.
“Misalnya dengan menggunakan media batik dari serat alam, serta pewarna alami dan formula malam batik yang sumbernya dapat diperbarui,” ungkapnya.
Sebab, kata dia, selama ini bahan baku produksi batik masih menggunakan malam atau lilin dari formulasi parafin. Bahan ini bersumber dari minyak bumi yang diprediksi perlahan akan habis.
Dengan menggunakan malam batik berbasis sawit, kata Ttitik, diharapkan bisa menekan importasi parafin sehingga tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) industri batik juga meningkat.