Pak Jokowi, Indonesia Jadi 5 Negara Paling Buruk Tangani COVID-19
Berdasarkan data dari Pandemic Talks menunjukkan bahwa dampak kematian tenaga kesehatan akibat pandemi terburuk di dunia.
Nasional
JAKARTA – Data Pandemic Talks menyebut Indeks Pengaruh Kematian Nakes (IPKN) karena COVID-19 di Indonesia mencapai 223.
Data tersebut menunjukkan bahwa dampak kematian tenaga kesehatan akibat pandemi terburuk di dunia. Media luar dan dunia internasional menempatkan penanganan COVID-19 di Indonesia dalam lima besar terburuk di dunia.
Kematian dokter di Indonesia akibat COVID-19 telah mencapai 100 jiwa, belum termasuk tenaga kesehatan lainnya. Dalam hal ini, bangsa Indonesia telah kehilangan aset besar dalam sektor kesehatan. Apalagi di dalam kondisi saat ini, tenaga medis menjadi garda terdepan dalam melawan serangan wabah mematikan itu.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Penanganan Wabah COVID-19 Menuai Protes
Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKS Kurniasih Mufidayati menyatakan duka citanya atas tragedi yang terjadi. Ia juga menyayangkan penambahan orang terkonfirmasi positif yang terus mencetak rekor baru.
“Ini bukan alarm kebakaran lagi, ini sudah alarm tsunami. Semua komponen bangsa harus bangun dari zona amannya, bahwa seolah kita tidak apa-apa. Bahwa ekonomi jauh lebih penting dari kesehatan. Jangan lagi pemerintah menyebut wafatnya nakes kita karena tidak disipin. Adakah empati di sana?” ujarnya melalui keterangan resmi yang di terima TrenAsia.com di Jakarta, Selasa 1 September 2020.
Dirinya juga mengingatkan saat ini daya tampung rumah sakit untuk menangani pasien COVID-19 sudah penuh. Pemprov DKI Jakarta merilis per Jumat 28 Agustus 2020 kapasitas ruang isolasi dan ICU di RS rujukan COVID-19 sudah terisi 70%.
“Dokter dan perawat terus berguguran dan kapasitas ruang perawatan COVID hampir 100 persen. Bisa dibayangkan apa yang selanjutnya terjadi? Italia yang pada awalnya sangat tinggi korban, saat ini sudah berangsur turun, tapi kita masih terus menanjak,” imbuhnya.
Mufida berharap adanya langkah yang cukup revolusioner dan eksponensial dari pemerintah. Hal ini agar jumlah konfirmasi positif dan angka kematian karena COVID-19 dapat menurun. Ia meminta negara untuk mengutamakan pemulihan kesehatan, sehingga bisa menata perekonomian dengan lebih optimal.
“Kita mengerti perlu program pemulihan ekonomi nasional yang terpukul akibat pandemi. Semua kebijakan untuk pemulihan ekonomi sudah dilaksakan, bahkan alokasi annggarannya tidak kecil. Tapi Kami mohon peyelamatan nyawa rakyat, harus tetap menjadi prioritas,” sebut Mufida. (SKO)