Pak Nadiem, Kuota Internet Gratis Sulit Dipakai Guru dan Siswa di Daerah Susah Sinyal
“Ini yang saya sampaikan mungkin suara dari daerah 3T. Kami berharap pemerintah paling tidak memperhatikan kami untuk mempunyai kesempatan belajar bersama secara online,” ujar salah satu guru sekolah menengah atas di Fak-Fak, Papua Barat, Hesbon Nainggolan.
Nasional
JAKARTA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nadiem Anwar Makarim memberikan subsidi kuota bagi siswa, guru, mahasiswa, hingga dosen.
Hal ini guna mendukung Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di tengah pandemi COVID-19. Kendati demikian, bagi masyarakat di wilayah 3T yakni tertinggal, terdepan, dan terluar, bantuan ini masih sulit dimanfaatkan karena terkendala jaringan internet.
Salah satu guru sekolah menengah atas di Fak-Fak, Papua Barat, Hesbon Nainggolan mengaku wilayahnya masih kesulitan jaringan internet. Untuk mengikuti webinar yang diadakan Kemendikbud hari ini saja, dia harus pergi ke kota untuk mendapatkan jaringan internet.
“Meski sulit jaringan internet, tapi anak-anak (siswa) rata-rata memiliki handphone. Namun jaringan internet di sini masih 2G,” ungkapnya dalam acara Sosialisasi Verval Nomor Ponsel Terkait Program Bantuan Kuota Internet secara daring, Selasa, 8 September 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Hesbon menyampaikan sudah melapor kepada operator jaringan seluler di sana yaitu PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) untuk meningkatkan kapasitas internet dari 2G menjadi 4G. “Saya sudah lapor ke Telkomsel bidang pendidikan, namun sampai hari ini jawaban mereka, peralatan di sini sulit,” tuturnya.
Serba Salah
Dia mengatakan meski pemerintah memberikan bantuan subsidi kuota internet, namun bantuan itu tidak dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia yang berada di wilayah 3T.
“Kalau saya entri data (pada program subsidi kuota) anak-anak nantinya juga tidak akan terpakai dan akan merugikan pemerintah. Jika tetap didaftarkan hanya akan menguntungkan pihak provider saja,” sebut guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Kokas itu.
Hesbon memohon kepada pemerintah untuk memperhatikan nasib siswa-siswa maupun guru yang ada di wilayah pelosok. “Ini yang saya sampaikan mungkin suara dari daerah 3T. Kami berharap pemerintah paling tidak memperhatikan kami untuk mempunyai kesempatan belajar bersama secara online,” ujarnya.
Dia menambahkan, “Anak-anak kami juga ingin seperti yang lain. Jadi jangan kami yang di kampung akan semakin tertinggal sementara yang di kota akan semakin maju,” kata Hesbon.
Menanggapi ini, Kepala Bidang Data Satuan Pendidikan dan Proses Pembelajaran Kemendikbud Manik Mustikohendro menyampaikan sampai saat ini daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh jaringan internet tentu akan diberikan bantuan dalam bentuk lain.
“Untuk kondisi sekarang, daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh jaringan internet tentu ada bantuan bentuk lain. Jadi tidak hanya subsidi kuota, ini kan salah satu program kami saja,” kata Manik. (SKO)