Ridwan Kamil dan Christin Djuarto mengunjungi salah satu pelaku UMKM asal Jabar / Dok. Shopee Indonesia
Fintech

Pakaian Jadi Produk Terlaris di Pasar Online

  • Tahun ini, masyarakat Asia Tenggara berberlanja daring rata-rata untuk 8,1 kategori kebutuhan.

Fintech

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – Kian terbiasanya masyarakat berbelanja dalam jaringan (daring/ online) tentunya berkontribusi signifikan pada lonjakan jumlah dan nilai transaksi. Tapi tak hanya itu, survei Facebook bertajuk Southeast Asia, The Home for Digital Transformation memperlihatkan, kategori belanja masyarakat di kawasan Asia Tenggara juga makin luas. 

Tahun ini, masyarakat Asia Tenggara berberlanja daring rata-rata untuk 8,1 kategori kebutuhan. Angka ini naik 60% dibandingkan tahun lalu, di mana masyarakat hanya berbelanja untuk 5,1 kategori.

Di tiap negara di kawasan ini, konsumen makin menunjukkan preferensi untuk membeli lebih banyak kategori atau barang secara daring. Dari semua negara di Asia Tenggara, penduduk Indonesia tercatat sebagai  konsumen yang paling lebar jangkauan kategori belanja daringnya. Diikuti oleh Thailand dan Filipina.

Berdasarkan kategorinya, peningkatan terbesar terjadi pada bahan makanan, perawatan pribadi, dan furnitur rumah tangga. Kategori furnitur rumah tangga mencatat nilai tertinggi per transaksinya, namun jumlah transaksinya kalah dengan kategori lain.

Sebaliknya, bahan makanan dan perawatan pribadi seperti kosmetik mencatat nilai transaksi yang tidak tinggi, namun lebih sering dibeli ulang. Hal ini wajar mengingat biaya dan jangka waktu pemakaian furnitur atau elektronik seperti sofa atau kulkas memang cukup mahal dan awet.

Berbeda dengan bahan makanan atau kosmetik yang memiliki harga lebih murah tetapi lebih cepat habis sehingga jadi lebih sering dibeli ulang. 

Berikut ini adalah kategori yang paling banyak dibeli oleh konsumen digital di Asia Tenggara. Sebanyak 51% konsumen membeli pakaian secara daring, disusul oleh kosmetik 50%, elektronik 49%, mainan 48%, kebutuhan bayi 46%. 

Lalu, perawatan pribadi 46%, peralatan kerja 39%, elektronik rumah tangga 39%. Selanjutnya, bahan makanan dalam kemasan 37%, furnitur 35%, bahan makanan beralkohol 34%, bahan makanan non-alkohol 33%, dan bahan makanan segar 28%.