<p>Ilustrasi Belajar Online / Pixabay.com</p>
TECHNO

Pandemi Jadi Musim Semi Startup Sektor Pendidikan Tanah Air

  • Bertolak belakang dengan sektor travel yang mengalami penurunan di masa pandemi COVID-19, sektor EduTech justru di nilai memiliki peluang yang menjanjikan.

TECHNO
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – Penerapan kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta ternyata membawa berkah tersendiri bagi beberapa perusahaan startup Tanah Air, salah satunya sektor education technology atau EduTech.

Bertolak belakang dengan sektor travel yang mengalami penurunan di masa pandemi COVID-19, sektor EduTech justru di nilai memiliki peluang yang menjanjikan.

Hal ini di dorong atas upaya yang dijalankan dalam penekanan penyebaran virus COVID-19 dimana membuat aktivitas lebih dari 530.000 sekolah di Indonesia ditutup atau diberhentikan sementara.

Legal Partner Grant Thornton Indonesia Kurniawan Tjoetiar mengatakan, sebagai bagian dari perusahaan konsultan, ia melihat perkembangan sektor EduTech di Indonesia memiliki prospek yang sangat menjanjikan.

Kendati demikian, bagi investor yang menginvestasikan dana di sektor ini perlu juga mempertimbangkan risiko yang dapat menyertai seperti regulasi, siklus pendanaan dan bagaimana entitas bersaing dengan kompetitor.

Dari sisi entitas EduTech juga perlu menjalankan strategi bertahan dengan melihat cara untuk menekan biaya, memberikan kualitas pengajar yang baik, dan hasil yang berdampak. Hal tersebut menjadi kunci untuk menentukan siapa pemenang dalam jangka panjang seiring pertumbuhan pasar EduTech di Indonesia,” ujarnya melalui keterangan resmi yang di terima TrenAsia.com di Jakarta, Rabu 23 September 2020.

Ia menambahkan, dalam business resilience wheel yang dikeluarkan Grant Thornton Indonesia pada kuartal pertama tahun ini disebutkan pentingnya opsi pendanaan sebagai salah satu strategi bertahan perusahaan di masa pandemi.

“Hal ini sepertinya telah dijalankan dengan cukup baik oleh para pelaku EduTech, terlihat dari sejumlah investasi besar yang telah berhasil disuntikkan ke sektor ini dan menjadikan pandemi COVID-19 justru sebagai momentum akselerasi dan ajang pembuktian bahwa investasi tersebut dibenamkan pada sektor yang tepat,” tambahnya.

Proyeksi Sektor EduTech

Teknologi informasi dan komunikasi dalam menyediakan layanan pendidikan sebagai aktivitas belajar di rumah memiliki potensi yang baik. Ada sekitar 68 juta siswa dari tingkat pra-sekolah hingga perguruan tinggi yang membutuhkan teknologi untuk belajar.

Bahkan secara global, ada 1,5 miliar siswa di 188 negara tidak dapat menghadiri kelas. Disrupsi pendidikan seperti ini terakhir kali terjadi saat Perang Dunia II.

Dengan keadaan ini, pertumbuhan EduTech semakin meningkat dengan cepat dan luas. Penggunaan EduTech akan terus dibutuhkan oleh siswa dari berbagai tingkat.

Tentunya teknologi seperti Internet, ponsel pintar, dan laptop menjadi keharusan dalam mendukung pembelajaran jarak jauh. Bahkan salah satu penyedia jasa telekomunikasi terbesar di Indonesia mencatat adanya peningkatan arus broadband sebesar 16% selama pandemi COVID-19.

Setelah jeda pembiayaan pada bulan Maret, investor dari berbagai negara kembali menggelontorkan dana bagi EduTech dan melambungkan beberapa startup bahkan hingga melewati nilai valuasi US$1 miliar.

Investor sengaja fokus pada entitas yang memasarkan alat dan layanan langsung ke konsumen (DTC) dan bukan ke institusi. Tiga sektor EduTech DTC yang memperoleh investasi paling besar adalah bimbingan belajar online, bantuan dan aplikasi digital, serta edutainment.

Pada bulan Juni lalu, pemain EduTech di Indonesia sendiri sudah mencapai 44 entitas, dan diperkirakan masih akan terus bertambah. Beberapa startup EduTech yang semakin terkenal di Indonesia semenjak peranannya semakin terasa besar bagi siswa selama masa pandemi di antaranya adalah Quipper, Zenius, Ruangguru, IndonesiaX, Cakap, dan masih banyak lagi.