<p>Foto: Hero Supermarket</p>
Korporasi

Belum Lepas dari Jerat Pandemi, Rugi Bersih Hero Supermarket Membengkak 172 Persen

  • Emiten ritel grosir PT Hero Supermarket Tbk (HERO) masih dalam kondisi terpuruk di tengah pandemi. Ini terbukti dari pendapatan perusahaan yang tergerus dan rugi bersih yang membengkak pada semester I-2021.
Korporasi
Reza Pahlevi

Reza Pahlevi

Author

JAKARTA – Emiten ritel grosir PT Hero Supermarket Tbk (HERO)  belum bisa melepaskan diri dari pengaruh buruk pandemi. Hal ini terbukti dari pendapatan perusahaan yang tergerus dan rugi bersih yang membengkak pada semester I-2021.

Mengutip laporan keuangan interim HERO di Bursa Efek Indonesia (BEI), pendapatan perusahaan yang baru menutup seluruh gerai Giant Supermarket ini tergerus 26% menjadi Rp3,67 triliun pada semester I-2021. Pada semester I-2020, pendapatan tercatat sebesar Rp4,95 triliun.

“Perseroan terus menghadapi tantangan yang cukup signifikan pada semester pertama tahun 2021 akibat pandemi, terkait penerapan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) dan perubahan pola belanja pelanggan,” ujar Presiden Direktur HERO Patrik Lindvall dalam siaran pers yang dikutip Jumat, 30 Juli 2021.

Tergerusnya pendapatan pun membuat laba kotor HERO ikut terdampak. Laba kotor HERO tercatat sebesar Rp1,02 triliun pada semester I-2021, turun sekitar 20% dari laba kotor periode yang sama tahun lalu Rp1,28 triliun.

Akhirnya, HERO pun mencatat rugi bersih sebesar Rp550,89 miliar pada enam bulan pertama 2021 ini. Ini berarti rugi bersih membengkak 172,2% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp202,08 miliar.

Kas dan setara kas HERO tercatat sebesar Rp79,56 miliar pada periode ini. Meningkat dari posisi awal tahun yang sebesar Rp76,32 miliar.

Ada pun, aset perusahaan tercatat sebesar Rp4,92 triliun, meningkat dari posisi awal tahun sebesar Rp4,84 triliun. Ini terdiri dari aset lancar sebesar Rp1,47 triliun dan aset tidak lancar sebesar Rp3,45 triliun.

Liabilitas perusahaan tercatat meningkat signifikan 22,84% menjadi Rp3,62 triliun dari posisi awal tahun yang sebesar Rp2,98 triliun. Peningkatan liabilitas ini terutama disebabkan oleh efek dari penutupan seluruh Giant Supermarket pada akhir Juni lalu.

Di sisi lain, ekuitas tercatat sebesar Rp1,3 triliun atau turun 29,72% dari posisi awal tahun yang sebesar Rp1,85 triliun.