Panen-Air-Hujan-RealEstat.id-Istimewa.jpg
Rumah & Keluarga

Panen Air Hujan, Solusi Hadapi Kemarau Panjang

  • Meskipun memakai teknologi sederhana, panen air hujan dapat menjadi solusi mengatasi kekurangan air di musim kemarau.

Rumah & Keluarga

Khafidz Abdulah Budianto

JAKARTA  - Fenomena El Nino yang melanda Indonesia menyebabkan musim kemarau yang kering karena tidak ada curah hujan yang turun. Kondisi ini dapat berdampak pada ketersediaan air bersih.

Namun ada sejumlah langkah alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi problem itu, salah satunya dengan memanen air hujan. Meskipun memakai teknologi sederhana, panen air hujan dapat menjadi solusi mengatasi kekurangan air di musim kemarau.

Memanen air hujan (rain water harvesting) merupakan alternatif sumber air yang dilakukan dengan mengumpulkan air hujan yang mengalir dari atap ataupun media penangkap lainnya ke dalam wadah penampungan. Cara ini dapat mudah diterapkan oleh rumah tangga atau industri kecil sebagai upaya melakukan optimalisasi pemanfaatan air.

Ketika musim hujan tiba, banyak air yang terbuang dan tidak terserap kembali oleh tanah karena lahan serap yang semakin sempit seiring pertumbuhan bangunan yang masif. Air yang terbuang dan tidak terserap akan lebih optimal jika dipanen dan dimanfaatkan kembali sebagai cadangan air bersih saat musim kemarau kembali tiba.

Upaya pemanenan air hujan telah didorong pemerintah melalui Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pemanfaatan Air Hujan (Permenlh 12/2009). Memanen air hujan berdasarkan regulasi ini dapat dilakukan dengan cara membuat kolam pengumpul air hujan, sumur resapan, dan/atau lubang resapan biopori.

Kementerian PUPR juga mendorong pemanfaatan air hujan dengan menerbitkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (PermenPU) Nomor 11/PRT/M/2014 tentang Pengelolaan Air Hujan Pada Bangunan Gedung Dan Persilnya (PermenPU 11/2014).

Panduan Memanen Air Hujan.

Dalam memanen air hujan melalui cara mengumpulkan air, terdapat tiga komponen dasar yang harus dipenuhi. Komponen pertama yaitu catchment atau penangkap air hujan berupa permukaan atap. Permukaan atap tersebut dapat berada di rumah, gedung, fasilitas umum dan lain sebagainya. 

Semakin luas permukaan atap, semakin banyak air hujan yang dapat ditangkap untuk ditampung. Komponen kedua yaitu delivery system atau sistem penyaluran air hujan dari atap ke tempat penampungan. Air hujan yang jatuh di atap perlu disalurkan dengan melalui talang ataupun pipa agar pemanenan dapat dimaksimalkan.

Jaga Keberlanjutan Alam

Komponen terakhir yaiut storage reservoir atau tempat penyimpan air hujan. Penyimpanan ini dapat berupa tong, bak, tandon, atau kolam. Umumnya penampungan ini ditanam pada tanah sebab sebab ukurannya yang besar dan bobotnya ketika terisi juga berat. 

Guna mendukung pengaliran air ketika hendak digunakan, penampung ini dapat dilengkapi dengan komponen pendukung seperti pompa air untuk memompa air ketika akan digunakan, dikutip dari laman Balai Wilayah Sungai Sulawesi II, Selasa 8 Agustus 2023.

Kebutuhan air saat kemarau memang tidak dapat sepenuhnya mengandalkan dari hasil pemanenan air hujan. Akan tetapi, memanen air hujan dapat memberikan manfaat lain selain tercukupinya kebutuhan air bersih di kala musim kemarau

Pengeluaran biaya untuk air akan berkurang karena kebutuhan seperti mencuci, menyiram tanaman, atau lainnya dapat menggunakan simpanan air hujan. Pemanfaatan air hujan dengan dipanen dapat mengurangi penggunaan air tanah sehingga turut menjaga konservasi dan keberlanjutan alam.