<p>Ilustrasi harga komoditas minyak mentah dunia / Shutterstock</p>
Dunia

Pangkas Produksi Minyak Demi Naikan Harga, Pendapatan Saudi Justru Anjlok Parah

  • Data resmi yang dirilis Otoritas Umum Kerajaan melaporkan bahwa nilai total ekspor negara itu turun karena menurunnya ekspor minyak, menyebabkan pendapatan minyak Saudi dalam satu bulan merosot 37,7% sebesar

Dunia

Muhammad Imam Hatami

RIYADH - Arab Saudi mengalami penurunan pendapatan yang signifikan dari total penjualan minyak yang dilakukan negara tersebut. Penurunan pendapatan ini terjadi setelah serangkaian kebijakan pemangkasan produksi minyak harian yang diambil pemerintah Saudi, dalam usaha untuk menaikan harga minyak dunia.

Dilansir dari oilprice.com, rabu 27 juli 2023, data resmi yang dirilis Otoritas Umum Kerajaan melaporkan bahwa nilai total ekspor negara itu turun karena menurunnya ekspor minyak, menyebabkan pendapatan minyak Saudi dalam satu bulan merosot 37,7% sebesar US$19,2 miliar atau sekitar Rp288 triliun (kurs Rp15.000). Perbedaan pemasukan yang mencolok dibandingkan pendapatan minyak bulanan pada tahun sebelumnya sebesar US$30,8 miliar atau sekitar Rp462 triliun.

Pada Mei 2022, harga minyak Brent mencapai rata-rata US$113 per barel atau sekitar Rp1,7 juta, sedangkan Pada bulan Mei 2023, harga minyak Brent rata-rata mencapai US$75 per barel atau sekitar Rp1,2 juta. 

Berbagai faktor mempengaruhi penurunan pendapatan minyak tersebut, termasuk menurunnya ekspor minyak dari Arab Saudi dan implementasi kesepakatan pemangkasan produksi oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC+) dan sekutunya.

Kesepakatan pemangkasan produksi oleh OPEC+ ini menjadi langkah penting untuk menjaga harga minyak stabil di pasar global. Dalam menghadapi permintaan yang menurun akibat pandemi COVID-19, negara-negara produsen minyak berusaha mengatur pasokan agar tidak berlebihan dan mencegah penurunan harga yang tajam. Pemangkasan produksi dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan sehingga harga minyak tetap dalam rentang yang dapat diterima oleh produsen dan konsumen.

Namun, kesepakatan pemangkasan produksi ini juga berdampak pada pendapatan minyak Arab Saudi. Penurunan ekspor minyak negara tersebut menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan pendapatan minyak merosot. Selain itu, perbedaan harga minyak Brent antara tahun 2022 dan 2023 juga berkontribusi pada penurunan pendapatan. Perbedaan harga yang signifikan ini juga berdampak pada pendapatan negara produsen minyak.

Para analis memperkirakan bahwa pemotongan produksi besar-besaran yang dilakukan Arab Saudi untuk menopang harga minyak dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara. Tahun ini, Arab Saudi berisiko mengalami kontraksi ekonomi dan menjadi salah satu negara dengan ekonomi terlemah di antara anggota G20, setelah sebelumnya merupakan salah satu ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di kelompok tersebut. Meskipun upaya ini bertujuan untuk menjaga stabilitas pasar dan harga minyak, dampaknya terhadap pendapatan dan kesehatan ekonomi negara perlu diwaspadai oleh pemerintah dan pemangku kepentingan Arab Saudi.