Pangsa Pasar Sentuh Rp25,2 Triliun, Pemerintah Genjot Bisnis Penerbangan dan Dirgantara Domestik
- pangsa pasar industri penerbangan nasional yang terdiri dari industri maintenance, repair and overhaul (MRO), bersama industri pembuatan pesawat dan komponen, dan industri pembuatan drone di Indonesia ditaksir mencapia lebih dari US$1,7 miliar atau setara Rp25,21 triliun (kurs Rp14.832 perdolar AS) di tahun 2022. Secara global, nilainya melampaui US$93,5 miliar setara Rp1,38 kuadriliun.
Industri
JAKARTA -Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pemerintah terus mendorong pelaku industri nasional di sektor penerbangan untuk menjadi tuan rumah di negara sendiri.
Pasalnya pangsa pasar industri penerbangan nasional yang terdiri dari industri maintenance, repair and overhaul (MRO), bersama industri pembuatan pesawat dan komponen, dan industri pembuatan drone di Indonesia ditaksir mencapia lebih dari US$1,7 miliar atau setara Rp25,21 triliun (kurs Rp14.832 perdolar AS) di tahun 2022. Secara global, nilainya melampaui US$93,5 miliar setara Rp1,38 kuadriliun.
“Indonesia saat ini memiliki sekitar 31 perusahaan MRO yang mendukung industri pesawat terbang dan bisnis penerbangan. Perusahaan-perusahaan tersebut telah memiliki 145 sertifikat Aircraft Maintenance Organization (AMO) yang dikeluarkan oleh Indonesian Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA). Persaingan bisnis MRO ke depan semakin ketat untuk itu pemain nasional harus diperkuat,” kata dia dalam laman resmi dikutip Minggu, 11 September 2022.
- Tak Ingin Diganggu, Ini Cara Buat WhatsApp Anda Tampak Offline Meski Sedang Digunakan
- Gandeng Pertamina Gas Negara, INTI Kebut Digitalisasi Infrastruktur Jargas
- Optimalkan Pendapatan, KAI Jual Hak Penamaan10 Stasiun Kepada Swasta
Ditambahkan, sejalan dengan transformasi digital di berbagai aspek perekonomian, pemerintah bersama Asosiasi Sistem dan Teknologi Tanpa Awak (ASTTA) tengah mendukung pengembangan industri drone. Industri drone dalam negeri saat ini mampu mengembangkan dan memproduksi drone untuk berbagai keperluan seperti pengawasan, perkebunan, dan militer.
Agus menyebut, industri penerbangan tanah air secara perlahan telah mampu mengaktifkan kembali pesawat yang sebelumnya grounded, akibat operasionalnya sempat terhenti karena terimbas Covid-19. Namun upaya tersebut tidak bisa berlangsung secara instan, sehingga menyulitkan operator Indonesia untuk menambah kapasitasnya di saat permintaan pelayanan rute penerbangan terus naik setelah Covid-19 mereda dan penerbangan kembali banyak dibuka.
Hingga saat ini ada sekitar 180 pesawat yang di-grounded, 100 di antaranya merupakan berbadan ramping yang biasanya digunakan untuk rute domestik.
“Diperlukan sekitar satu tahun untuk menyelesaikan proses ini karena proses reaktivasi setiap pesawat membutuhkan waktu, serta terbatasnya jumlah slot yang tersedia di fasilitas perawatan pesawat. Selain itu, maskapai juga membutuhkan waktu untuk memperoleh keuntungan sehingga dapat membayar biaya suku cadang dan perawatan yang diperlukan untuk reaktivasi pesawat,” tambah Agus.
Menurut Agus, pemerintah Indonesia melalui Masterplan Pengembangan Industri Nasional 2015–2035 telah menetapkan industri pesawat terbang menjadi salah satu industri prioritas nasional dengan fokus pengembangan pesawat baling-baling, industri komponen, dan industri MRO.
Menurutnya, berbagai kebijakan telah dikeluarkan untuk mendukung pengembangan industri ini, seperti insentif fiskal seperti tax holiday, tax allowance, investment allowance, super tax deduction, dan pembebasan bea masuk serta dukungan nonfiskal berupa pembiayaan pemerintah bagi pelaku usaha ekspor dan preferensi produk lokal dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah sesuai dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
“Pemerintah akan terus memberikan dukungan untuk memastikan pertumbuhan dan keberlanjutan industri penerbangan dan kedirgantaraan, termasuk insentif lebih lanjut untuk investasi, di atas yang saya sebutkan,” jelas Menperin.
Agus menambahkan, selain itu di Indonesia saat ini ada tiga perusahaan utama yang eksis bekerja mendukung industri penerbangan dan dirgantara di tanah air, antara lain PT Dirgantara Indonesia (Persero), satu-satunya produsen pesawat di Asia Tenggara yang telah memproduksi pesawat terbang dan helikopter untuk keperluan komersial dan militer, dengan spesialisasi di bidang aerostruktur.
Kemudian, ada PT Regio Aviasi Industri yang dengan dukungan pemerintah saat ini sedang mengembangkan pesawat Turbo-propeller untuk penerbangan jarak menengah yang sesuai dengan geografi Indonesia dan Asia Tenggara.
Kedua perusahaan ini didukung oleh asosiasi Indonesia Aircraft Components Manufacturer Association (INACOM). Selanjutnya juga terdapat perusahaan yang sangat penting bagi dunia penerbangan nasional, yakni Pudak Scientific yang lebih dari 80% produknya berorientasi ekspor dan telah berhasil memasuki rantai pasokan internasional pesawat.
“Mereka turut menjadi tulang punggung transportasi dan konektivitas nasional kita, serta penggerak utama perekonomian Indonesia," kata Agus.