google.jpg
Tekno

Parah, Google Polisikan Pria Asal San Fransisco Atas Tuduhan Palsu Pelecehan Seksual Terhadap Anak

  • Seorang lelaki asal San Fransisco, harus menjalani penyidikan polisi setelah dilaporkan oleh kecerdasan buatan milik Google.

Tekno

Rizky C. Septania

SAN FRANSISCO- Seorang lelaki asal San Fransisco, Mark, harus menjalani penyidikan polisi setelah dilaporkan oleh kecerdasan buatan milik Google.

Mengutip The Times pada Selasa, 23 Agustus 2022, Ia dianggap melakukan pelecehan seksual pada anak setelah mengambil foto kemaluan anak laki-lakinya untuk dikirimkan pada Dokter.

Mark yang berstatus seorang ayah mengambil foto kemaluan sang anak yang dikabarkan sedang membengkak atas permintaan dari perawat. Ia mengirimkan foto tersebut untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Apesnya, dua hari kemudian Mark menerima pemberitahuan di teleponnya yang mengatakan bahwa akun Google-nya telah dinonaktifkan. Menurut pemberitahuan tersebut,  Mark memiliki "konten berbahaya" yang merupakan "pelanggaran berat terhadap kebijakan Google dan ilegal.

Tak sampai di situ. Sepuluh bulan kemudian, Mark menerima surat dari Departemen Kepolisian San Francisco yang menyebutkan ada seorang penyidik ditugaskan melakukan penggeledahan terhadap akun Google miliknya.

Penyidik tersebut meminta akses ke pencarian internetnya, riwayat lokasi, pesan, dokumen, foto, dan video. Setelah melakukan penyidikan, penyidik menyatakan bahwa tak ada tanda-tanda kejahatan yang terjadi pada akun Google Mark.

Setelah dilakukan penyidikan dan terbukti tak bersalah, Mark mengajukan pemulihan akunnya pada Google. Sebab, semua kontak hingga kalender telah terjadwal di akun miliknya. Sayangnya, hal tersebut tak bisa dilakukan lantaran akun milik Mark sudah terhapus secara permanen.

Menengok ke belakang, Google diketahui telah mengembangkan sebuah kecerdasan buatan yang memungkinkan sistem mendeteksi dan menghapus child sexual abuse material (CSAM) atau materi pelecehan seksual terhadap anak dengan lebih cepat pada 2018 lalu lewat sebuh foto.

Saat pengguna mengupload foto ke server Google, foto akan dipindai oleh AI Google terlebih dahulu untuk kemudian ditinjau oleh moderator manusia.  Jika sistem mendeteksi foto pelecehan seksual terhadap anak, Google akan mengunci akun pengguna, mencari materi eksploitatif lainnya semisal pencocokan child sexual abuse imagery (CSAI) yang dikembangkan insinyur Youtube.  Tak ketinggalan, Google juga mengajukan laporan ke pusat nasional nirlaba untuk anak hilang dan tereksploitasi.

Pada  2021, Google  membuat lebih dari 620.000 laporan ke Pusat Nasional untuk Anak Hilang dan Tereksploitasi. Perusahaan teknologi itu juga telah menonaktifkan sekitar 270.000 akun yang terkait dengan konten pelecehan seksual anak. 

Meski Departemen Kepolisian San Fransisco menyatakan Mark terbukti tidak bersalah, namun Google tetap pada pendiriannya bahwa Mark melakukan pelecehan seksual terhadap anak.

Cara Google Mendeteksi CSAM di Platformnya

Google banyak berinvestasi dalam melawan eksploitasi seksual anak-anak secara online dan menggunakan teknologi untuk mencegah, mendeteksi, serta menghapus CSAM dari platform mereka. Ini mencakup deteksi otomatis dan peninjauan manual, selain mengandalkan laporan yang dikirimkan oleh pengguna Google dan pihak ketiga seperti LSM, untuk mendeteksi, menghapus, dan melaporkan CSAM di platform mereka. 

Google men-deploy pencocokan hash, termasuk Kecocokan CSAI YouTube, untuk mendeteksi CSAM yang diketahui. Google juga men-deploy pengklasifikasi machine learning untuk menemukan CSAM yang belum pernah dilihat, yang kemudian dikonfirmasi oleh tim peninjau spesialis. Dengan pengklasifikasi tersebut, Google membuat Content Safety API, yang disediakan kepada entitas lain yang memenuhi syarat untuk membantu mereka memprioritaskan konten melanggar agar dilakukan peninjauan manual.