<p>Ilustrasi game online. / Pixabay</p>
Fintech

Pasar Besar, Tapi Pengembang Gim Lokal Baru 0,6 Persen

  • JAKARTA — Industri gim daring (game online) terbilang sebagai salah satu sektor yang merauo untung selama COVID-19. Mengacu laporan Mobile Gaming Through t
Fintech
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA — Industri gim daring (game online) terbilang sebagai salah satu sektor yang merauo untung selama COVID-19.  Mengacu laporan Mobile Gaming Through the Pandemic and Beyond in Southeast Asia 2021, pandemi telah membuat 46% orang Indonesia mencoba online game lewat handphone untuk pertama kalinya. Jumlah online gamer di Indonesia meningkat sebanyak dua kali lipat pada masa pandemi.

Kendati demikian, jumlah perusahaan game di Indonesia tidaklah banyak, dengan pangsa pasar yang dikuasai game developer lokal hanya 0,6%. Ini tak lepas dari jumlah perusahaan game di Indonesia yang sangat sedikit, sekitar lebih dari 25 perusahaan dan dari 270 juta penduduk, jumlah orang yang bekerja di industri game hanya sekitar 2 ribu orang. 

"Dari sekitar 25 perusahaan game developer lokal, Agate bisa dikatakan merupakan perusahaan papan atas. Selama 12 tahun beroperasi, perusahaan dari Bandung ini telah memiliki lebih dari 200 karyawan, 250 judul game yang menjangkau 5 juta pemain di seluruh dunia, serta meraih 20 penghargaan dari dalam dan luar negeri," kata Arief Widyasa, CEO Agate dalam Indonesia Brand Forum 2021, Kamis 4 November 2021.

Arief mengungkapman, setidaknya ada 4 strategi yang dikembangkannya. Pertama, meluncurkan produk secara kontinyu.  Selain membuat game untuk end-user, Agate juga menawarkan solusi game untuk berbagai klien dan perusahaan, termasuk game-based learning sampai advergame atau iklan berbasis game. 

Salah satu game-nya yang terkenal adalah Valthirian Arc untuk konsol Nintendo Switch, PlayStation 4, serta PC melalui Steam. Game yang digarap selama 2,5 tahun ini diklaim Agate telah berhasil balik modal dalam kurun waktu tidak lebih dari sebulan sejak tanggal peluncurannya.

Kedua adalah kuisisi. Untuk menambah kekuatannya, Agate tak segan mengakuisisi pengembang game lain. Contohnya adalah mengakuisisi Ekuator Games senilai Rp5 miliar yang diselesaikan pada 5 Januari 2019.

Ketiga, kolaborasi. Dalam memperkuat produknya, Agate tak segan berkolaborasi dengan pengembang asing. Salah satunya adalah pada 2019 menggandeng game developer Korea Selatan. Agate dipercaya merilis mobile game bernama Meong Mart yang diklaim populer di negara asalnya untuk diakses di Indonesia.

Keempat, membangun inkubator untuk mendapat SDM andal. Selain rajin membuat developer gathering di kota-kota di Tanah Air, Agate mengambil inisiatif membuat Agate Skylab Fund. Melalui program Skylab Fund, Agate menawarkan dana untuk para game developer lokal. 

"Tidak tanggung-tanggung, investasi yang Agate tawarkan melalui Skylab Fund berkisar dari US$100 ribu sampai US$1 juta."