Screenshot_5.jpeg
Destinasi & Kuliner

Pasar Gede, Pasar Tradisional Tertua di Solo dengan Arsitektur Khas Belanda-Jawa

  • Dibangun oleh arsitek Belanda, Ir. Herman Thomas Karsten, pasar ini diresmikan pada 12 Januari 1930 oleh Pakubuwono X, menjadikannya pasar tradisional tertua di kota ini.

Destinasi & Kuliner

Rumpi Rahayu

JAKARTA - Sebagai kota yang kaya akan budaya dan warisan sejarah, Solo memiliki salah satu destinasi yang sangat populer, yaitu Pasar Gede. 

Pasar tradisional yang dikenal juga sebagai Pasar Hardjonagoro ini terletak di Jalan Urip Sumoharjo, Sudiroprajan, Jebres, dan telah menjadi pusat aktivitas ekonomi sejak tahun 1927. 

Dibangun oleh arsitek Belanda, Ir. Herman Thomas Karsten, pasar ini diresmikan pada 12 Januari 1930 oleh Pakubuwono X, menjadikannya pasar tradisional tertua di kota ini. Dengan luas mencapai 6.623 meter persegi, Pasar Gede memiliki arsitektur unik yang menggabungkan gaya kolonial Belanda dengan elemen tradisional Jawa.

Awalnya, Pasar Gede berfungsi sebagai pusat ekonomi pada masa kejayaan Keraton Surakarta. Sebelum adanya Keraton, pasar ini telah menjadi pusat perdagangan yang dioperasikan oleh pedagang Tionghoa, sebagaimana ditunjukkan oleh keberadaan Pecinan di Kampung Balong dan kelenteng tua, Tien Kok Sie, di wilayah Pasar Gede.

Pasar Gede, atau dikenal juga sebagai Pasar Hardjonagoro, terletak di pusat kota Solo, dekat dengan kampung China, di kawasan Balong dan Wihara Avalokitesvara. Atap yang besar menjadi ciri khas pasar ini. Meskipun telah mengalami beberapa kali renovasi, arsitektur asli Pasar Gede tetap dipertahankan.

Pasar Gede Solo / Pariwisata Solo

Keunikan Pasar Gede terletak pada dua bangunan berseberangan yang dipisahkan oleh Jalan Sudirman. Bangunan utama banyak diisi oleh pedagang yang menjual kebutuhan sehari-hari seperti sayur-mayur dan bumbu dapur, sedangkan bangunan satunya menjual berbagai jenis buah-buahan berkualitas. Selain itu, berbagai jajanan pasar khas Solo juga dapat ditemukan di Pasar Gede.

Seiring berjalannya waktu, Pasar Gede mengalami beberapa kali pemugaran untuk tetap bersaing dan mempertahankan keberadaannya. Pembaruan ini fokus pada infrastruktur, penataan lokasi, dan penambahan fasilitas modern, termasuk fasilitas bagi kaum difabel. Tujuannya adalah menjadikan Pasar Gede sebagai destinasi wisata ikonik di Kota Solo.

Modernisasi Pasar Gede telah dimanfaatkan oleh Pemerintah Kota Surakarta untuk menggelar berbagai kegiatan, seperti perayaan Imlek dengan lampion hias dan Grebeg Sudiroprajan yang menggabungkan unsur budaya Tionghoa dan Jawa. Kehadiran kedua acara ini menciptakan antusiasme di kalangan masyarakat, terutama remaja Solo, yang berbondong-bondong mengunjungi Pasar Gede.

Sebagai bangunan bersejarah, Pasar Gede ditetapkan sebagai cagar budaya di Surakarta setelah Pasar Klewer. Di pasar ini, masyarakat dapat membeli berbagai barang kebutuhan sehari-hari, termasuk sayur dan buah-buahan. Selain itu, Pasar Gede juga menawarkan beraneka ragam jajanan khas Solo seperti risol, pastel, lumpia, cabuk rambak, klepon, grontol, es dawet telasih, dan jamu.

Hingga kini, Pasar Gede tetap menjadi destinasi favorit bagi wisatawan dan penduduk Solo yang mencari kebutuhan sehari-hari. Jadi, saat berkunjung ke Solo, jangan lupa mampir ke Pasar Gede, tempat yang tidak hanya menjual barang-barang praktis, tetapi juga memiliki sejarah dan keunikan tersendiri. Event tahunan seperti Grebeg Sudiroprajan pun menjadi daya tarik tambahan bagi para pengunjung.