
Pasar Kripto Bergairah, Reku Catatkan Profit Double Digit di 2024
- Di tengah ketatnya persaingan di industri ini, para pelaku usaha dituntut untuk terus berinovasi dan membangun ketahanan bisnis agar tetap kompetitif. Salah satu perusahaan yang berhasil menunjukkan ketangguhannya adalah Reku, platform investasi aset kripto dan Saham AS, yang kini memasuki tahun ketujuh sejak didirikan pada 2018.
Fintech
JAKARTA - Industri fintech investasi di Indonesia terus mengalami pertumbuhan pesat seiring dengan semakin banyaknya penyedia layanan yang memasuki pasar. Salah satu instrumen yang semakin diminati adalah aset kripto, di mana saat ini terdapat 31 pedagang yang beroperasi. Dari jumlah tersebut, 16 di antaranya telah terdaftar sebagai Pedagang Fisik Aset Kripto (PFAK), sementara 15 lainnya masih dalam proses mendapatkan perizinan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selain aset kripto, investasi saham dan platform peer-to-peer (P2P) lending juga menjadi sektor yang berkembang pesat di Indonesia.
Di tengah ketatnya persaingan di industri ini, para pelaku usaha dituntut untuk terus berinovasi dan membangun ketahanan bisnis agar tetap kompetitif. Salah satu perusahaan yang berhasil menunjukkan ketangguhannya adalah Reku, platform investasi aset kripto dan Saham AS, yang kini memasuki tahun ketujuh sejak didirikan pada 2018.
Pada perayaan ulang tahunnya yang ke-7, Co-CEO Reku, Jesse Choi, mengungkapkan bahwa perusahaan berhasil mencatat berbagai pencapaian yang membuktikan ketahanan mereka dalam menghadapi persaingan di industri fintech.
“Sepanjang 2024, pendapatan Reku tumbuh secara positif dibandingkan tahun sebelumnya dengan margin keuntungan mencapai double digit. Hal ini memperkuat posisi kami sebagai platform investasi aset kripto dan Saham AS terkemuka di Indonesia. Lebih dari itu, pencapaian ini juga menunjukkan tingkat kepercayaan dan kepuasan pengguna yang terus meningkat,” ujar Jesse dalam acara perayaan ulang tahun Reku yang digelar di SCBD, Jakarta Selatan, pada 7 Februari 2025.
Jesse juga menyoroti faktor eksternal yang turut mendukung pertumbuhan Reku sepanjang tahun 2024. Beberapa momen penting di industri kripto, seperti peristiwa Bitcoin halving dan peluncuran exchange-traded fund (ETF), turut mendorong kenaikan harga Bitcoin hingga mencapai level tertinggi sepanjang masa (All-Time High/ATH).
Bahkan, pada November 2024, Bitcoin mencatat ATH sebanyak lima kali berturut-turut. Kondisi ini berkontribusi pada meningkatnya adopsi dan minat investasi aset kripto, baik di Indonesia maupun secara global.
Komitmen Reku dalam Inovasi dan Edukasi
Keberhasilan Reku tidak hanya didukung oleh faktor eksternal, tetapi juga oleh komitmen perusahaan dalam membangun industri investasi jangka panjang melalui inovasi dan edukasi. Jesse menegaskan bahwa Reku selalu mengutamakan kenyamanan dan keamanan pengguna dengan menyediakan layanan yang ramah bagi pemula maupun investor berpengalaman.
“Salah satu inovasi yang kami hadirkan adalah layanan staking berlisensi dari Bappebti yang kami luncurkan pada 2023. Selain itu, kami juga menambah lebih dari 600 Saham AS ke dalam platform pada 2024, sehingga pengguna dapat mendiversifikasi investasinya dengan modal mulai dari $1,” jelas Jesse.
Selain inovasi, Reku juga aktif dalam meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Hingga saat ini, perusahaan telah mengadakan lebih dari 60 kegiatan edukasi yang menjangkau puluhan ribu peserta.
Program edukasi ini termasuk roadshow di 10 kota di Indonesia yang digelar bekerja sama dengan Tether, serta kolaborasi dengan komunitas keuangan, investor, dan regulator untuk memperkuat pemahaman masyarakat mengenai investasi yang sesuai dengan profil risiko masing-masing.
Indonesia Berpotensi Menjadi Pusat Kripto di Asia
Pada kesempatan yang sama, Chief Compliance Officer (CCO) Reku, Robby, menyampaikan optimismenya terhadap perkembangan industri investasi, khususnya aset kripto di Indonesia. Menurutnya, pertumbuhan pesat industri ini sejak 2018 semakin memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu pusat kripto di Asia.
“Jumlah investor kripto di Indonesia kini telah mencapai 22,11 juta orang, melampaui jumlah investor di instrumen investasi tradisional seperti pasar modal. Bahkan, Indonesia menempati peringkat ke-3 dalam laporan 2024 Geography of Cryptocurrency Report yang dirilis oleh Chainalysis, setelah India dan Nigeria,” ujar Robby.
- Mau Buyback Rp3 Triliun, Saham BBRI Diburu Investor Asing
- Saham AMMN Anjlok 52 Persen dari Level ATH, Apa Penyebabnya?
- IDX Properti Anjlok Tajam Diseret Pelemahan Saham PANI dan CBDK
Robby juga menyoroti peran penting pemerintah dalam mendukung pertumbuhan industri aset kripto melalui regulasi yang lebih ketat dan berorientasi pada perlindungan konsumen. Salah satu kebijakan yang diberlakukan adalah kewajiban proses Know Your Customer (KYC) guna mencegah pencucian uang dan pendanaan terorisme.
“Indonesia bahkan menjadi negara pertama di dunia yang meresmikan Bursa Kripto, yang berfungsi sebagai Self-Regulatory Organization (SRO) dengan struktur yang mencakup Bursa, Kliring, dan Depositori. Dengan adanya peningkatan jumlah investor, pengalihan pengawasan dari Bappebti ke OJK, serta penyempurnaan regulasi di berbagai institusi terkait, kami yakin potensi industri kripto di Indonesia akan semakin berkembang. Reku siap mendukung pertumbuhan ini,” pungkas Robby.