<p>Awak media mengamati monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin, 3 Agustus 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 2,78 persen atau 143,4 poin ke level 5.006,22 pada akhir sesi Senin (3/8/2020), setelah bergerak di rentang 4.928,47 &#8211; 5.157,27. Artinya, indeks sempat anjlok 4 persen dan terlempar dari zona 5.000. Risiko penurunan data perekonomian kawasan Asean termasuk Indonesia menjadi penyebab (IHSG) terkoreksi cukup dalam hari ini. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Pasar Modal RI Catat Rekor IPO Terbanyak di ASEAN 2020, Tapi &#8216;Receh&#8217;

  • PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sebanyak 51 perusahaan berhasil melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) sepanjang tahun 2020.

Industri

Drean Muhyil Ihsan

JAKARTA – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sebanyak 51 perusahaan berhasil melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) sepanjang 2020. Capaian ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah perusahaan terbanyak yang melakukan IPO selama tahun pandemi.

Namun, hal ini tampaknya tak membuat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto tidak terlalu puas. Pasalnya, jumlah perusahaan yang baru mencatatkan saham perdananya tersebut tidak sebanding dengan nilai pendanaan yang berhasil dihimpun alias emiten kecil dan receh.

“Tahun ini, jumlah IPO termasuk terbanyak di kawasan ASEAN. Tantangannya tentu nilai IPO yang Rp5,28 triliun masih harus ditingkatkan,” ujarnya dalam kegiatan seremoni penutupan perdagangan BEI 2020 di Jakarta, Rabu 30 Desember 2020.

Nilai penggalangan dana tersebut jauh tertinggal dibandingkan dengan Thailand. Dengan 23 perusahaan yang melakukan IPO sepanjang tahun 2020, emiten anyar di Negeri Gajah Putih berhasil mengumpulkan sekitar US$3,94 miliar atau Rp55,55 triliun (asumsi kurs Rp14.100 per dolar AS).

Di sisi lain, jumlah transaksi investor ritel Tanah Air meningkat empat kali lipat. Oleh karena itu, Airlangga berharap ke depannya, kinerja pasar saham Indonesia bisa lebih baik lagi pada tahun 2021.

“Ini capaian yang luar biasa di tengah situasi pandemi, kepercayaan ritel terhadap pasar modal luar biasa ini merupakan modal untuk pengembangan pasar ke depan,” ucapnya.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun 2020 ditutup di zona merah dan terpental dari level psikologis 6.000. Berdasarkan data RTI Business, Rabu 30 Desember 2020, IHSG ditutup melemah 0,95% ke level 5.979,07.