Pasar Modal Tengah Menghadapi Window Dressing, Ini yang Perlu Dilakukan Investor Pemula
JAKARTA – Pada Desember 2020, pasar modal seluruh dunia bakal memasuki masa window dressing. Masa ini biasanya dihiasi oleh kenaikan harga saham secara signfikan mengingat banyaknya pelaku pasar, khususnya manajer investasi yang mulai berbondong-bondong memperbaiki portofolionya. Secara harfiah, window dressing adalah momen saat banyak emiten atau perusahaan mulai beramai-ramai melakukan aksi korporasi demi mempercantik laporan […]
Industri
JAKARTA – Pada Desember 2020, pasar modal seluruh dunia bakal memasuki masa window dressing. Masa ini biasanya dihiasi oleh kenaikan harga saham secara signfikan mengingat banyaknya pelaku pasar, khususnya manajer investasi yang mulai berbondong-bondong memperbaiki portofolionya.
Secara harfiah, window dressing adalah momen saat banyak emiten atau perusahaan mulai beramai-ramai melakukan aksi korporasi demi mempercantik laporan keuangannya sebelum akhir tahun. Biasanya, dalam waktu-waktu ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak menguat dan berada pada performa terbaiknya.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Pertanyaannya sekarang, apa yang perlu dilakukan investor pemula untuk menghadapi masa ini? Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta menyarankan agar para investor yang baru saja masuk pasar modal untuk mengamati saham-saham di sektor konsumer.
Pasalnya, sepanjang tahun ini sektor konsumer cenderung mengalami tekanan cukup berat akibat COVID-19. Walau begitu, kata dia, sebetulnya fundamental atas saham-saham ini masih terbilang cukup baik.
Sinyal itu mendandakan bahwa saham-saham di sektor konsumer saat ini masih cukup tinggi untuk kembali ke level pada awal tahun.
“Misalnya kita lihat GGRM (PT Gudang Garam Tbk), HMSP (PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk), dan UNVR (PT Unilever Indonesia Tbk) yang saat ini sahamnya masih lebih murah dibandingkan awal tahun,” ungkap Nafan saat dihubungi TrenAsia.com, dikutip Kamis, 26 November 2020.
Fundamental Kuat
Selain memiliki fundamental bagus, perusahaan-perusahaan di sektor konsumer ini juga tidak pelit dengan dividen. Faktor ini cukup penting mengingat karakter investor pemula yang cenderung berinvestasi untuk jangka panjang.
Artinya, kelak investor tidak hanya mendapatkan keuntungan dari sisi kenaikan saham, melainkan juga imbal hasil jika perusahaan mendapat untung. Dengan demikian, investor pun tidak perlu terlalu khawatir dengan adanya volatilitas jangka pendek saat window dressing tiba.
“Saya kira lebih baik untuk coba untuk investasi jangka panjang saja, sembari perlahan mempelajari bagaimana cara pasar modal bekerja,” terang Nafan.
Di sisi lain, Nafan memprediksi bahwa dalam masa window dressing tahun ini hanya akan naik tipis ke level 5.800. Namun pergerakan ini masih akan sangat bergantung pada kondisi makro ekonomi Indonesia.
“Sementara ini yang saya kalkulasikan. Kalau tahun depan kayaknya proyeksinya ke 6.010 dulu ya,” pungkas dia.