Ilustrasi penerbitan surat utang korporasi atau obligasi di pasar saham. Ilustrator: Deva Satria/TrenAsia
Pasar Modal

Pasar Obligasi Harapkan Perlambatan Kenaikkan Suku Bunga Bank Sentral

  • Pasar obligasi tak kuasa menahan tekanan akibat kenaikkan tingkat suku bunga. Selain suku bunga acuan BI
Pasar Modal
Fakhri Rezy

Fakhri Rezy

Author

JAKARTA - Pasar obligasi tak kuasa menahan tekanan akibat kenaikkan tingkat suku bunga. Selain suku bunga acuan BI, beberapa bank sentral asing juga ancang-ancang menaikkan suku bunganya.

kenaikkan tingkat suku bunga Bank Indonesia memang sudah diprediksi
sebelumnya. Oleh sebab itu pelaku pasar dan investor juga sudah menduganya.

Apa selanjutnya?

Riset Pilarmas Investindo Sekuritas memproyeksi, selama The Fed masih menaikkan tingkat suku bunganya, Bank Indonesia juga masih akan menaikkan 7-day repo rate-nya.

"Oleh sebab itu harapannya adalah, apabila kenaikkan tingkat suku bunga The Fed pada bulan depan hanya naik 50 bps, maka ada kemungkinan Bank Indonesia akan menaikkan 25 bps," kutip riset tersebut, Selasa, 22 November 2022.

Usai tekanan dari dalam negeri, pasar obligasi akan menantikan pertemuan Bank Sentral Selandia Baru. Hal ini dikarenakan setelah kenaikkan tingkat suku bunga sebanyak 5 kali berturut turut dengan besaran 50 bps, namun rasanya hal tersebut belumlah cukup.

"Pasalnya, ekspektasi inflasi terus mengalami kenaikkan, sehingga inflasi rasanya perlu dikendalikan," kutip riset tersebut.

Apabila Bank Sentral Selandia Baru menaikkan tingkat suku bunganya sebanyak 75 bps, tentu hal ini menjadi salah satu yang pertama kalinya dilakukan.

"Padahal kalau kami perhatikan, di tengah perlambatan kecepatan
kenaikkan tingkat suku bunga, diharapkan seluruh bank sentral mulai melambatkan kenaikkan tingkat suku bunganya," kutip riset.

Namun rasanya, hal tersebut juga harus disesuaikan dengan inflasi yang terjadi. Karena perlambatan kenaikkan tingkat suku bunga.

"Setidaknya dapat memberikan nafas bagi pasar obligasi," kutip riset tersebut.