Astra International
Korporasi

Pasar Otomotif Tertekan, Bagaimana Target Saham Astra (ASII)?

  • Astra International menghadapi tantangan pasar otomotif domestik di 2024, namun diversifikasi bisnis dan optimisme pasar mendorong target saham ke Rp5.900.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – PT Astra International Tbk (ASII) menghadapi tantangan signifikan dalam industri otomotif domestik, meskipun perusahaan berhasil mencatatkan pendapatan bersih yang stabil sepanjang Januari-September 2024.

Berdasarkan laporan keuangannya, pendapatan bersih ASII tercatat naik 2,2% year-on-year (YoY) menjadi Rp246,3 triliun, sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp240,9 triliun.

Sementara itu, laba bersih perusahaan hanya mencatatkan kenaikan tipis 0,4% YoY, menjadi Rp25,85 triliun, dibandingkan dengan Rp25,69 triliun pada periode yang sama setelah disesuaikan dengan nilai wajar investasi di GOTO dan Hermina (HEAL). Namun, meskipun hasil kuartal ini relatif stabil, sektor otomotif yang menjadi andalan Astra menunjukkan penurunan signifikan.

Asal tahu saja, penjualan mobil ASII tercatat turun 15% YoY selama Januari-September 2024, dengan total penjualan hanya mencapai 357 ribu unit, dibandingkan dengan 420 ribu unit pada tahun lalu. Penurunan ini selaras dengan penurunan pasar mobil domestik secara keseluruhan, yang anjlok menjadi 633 ribu unit dari 756 ribu unit pada tahun sebelumnya.

Analis NH Korindo Sekuritas, Axell Ebenhaezer, mengatakan bahwa penurunan ini menunjukkan tantangan besar bagi Astra dalam menjaga dominasinya di pasar otomotif domestik, meskipun ada kontribusi yang lebih kuat dari segmen sepeda motor dan komponen otomotif. Laba bersih segmen otomotif sendiri tercatat turun 7% YoY, atau sekitar Rp670 miliar.

Meskipun demikian, Axell tetap mencatatkan beberapa alasan untuk tetap optimis, terutama mengingat lonjakan penjualan mobil ASII pada kuartal III-2024 yang mencapai 126 ribu unit, lebih tinggi dibandingkan dengan dua kuartal sebelumnya.

Meskipun pasar otomotif domestik terus tertekan, penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang potensial di akhir tahun ini dapat memberikan dorongan yang dibutuhkan untuk pemulihan pasar mobil. Penjualan mobil domestik yang mencapai 77 ribu unit pada Oktober 2024 juga tercatat sebagai yang tertinggi sepanjang tahun, memberikan sinyal bahwa pasar mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan.

Keberagaman Sumber Pendapatan

Salah satu faktor yang membantu Astra menjaga kinerja positif di tengah tantangan tersebut adalah keberagaman segmen bisnis yang dimiliki. Segmen bisnis lain seperti jasa keuangan mencatatkan kinerja yang cukup baik, dengan laba bersih naik 6% YoY menjadi Rp373 miliar. Kenaikan ini terutama didorong oleh pertumbuhan pembiayaan konsumen dan portofolio pinjaman yang lebih besar.

Di sisi lain, segmen HEMCE (alat berat, pertambangan, konstruksi, & energi) yang dikelola oleh PT United Tractors Tbk (UNTR) juga menunjukkan kinerja stabil meskipun ada penurunan penjualan alat berat dan turunnya harga batu bara. Faktor-faktor tersebut dapat terimbangi dengan kuatnya permintaan kontrak pertambangan dan lonjakan harga emas yang signifikan.

Segmen infrastruktur dan logistik juga mengalami kenaikan laba bersih yang cukup menggembirakan, yakni sebesar 27% YoY, yang sebagian besar disebabkan oleh peningkatan volume lalu lintas harian di konsesi tol Astra yang meningkat 5% menjadi 523 ribu kendaraan, mendongkrak pendapatan tol harian menjadi Rp18,8 miliar.

Ekspansi Bisnis dan Diversifikasi

Selain menghadapi tantangan pasar otomotif, Astra terus berupaya melakukan ekspansi untuk memperkuat portofolio bisnisnya. Pada Oktober 2024, Astra menyelesaikan akuisisi 95,8% saham Heartology Cardiovascular Hospital senilai Rp643 miliar. Langkah ini merupakan bagian dari upaya Astra untuk mengonsolidasikan segmen bisnis kesehatan, dengan total investasi di sektor tersebut mencapai Rp4,2 triliun, termasuk investasi sebelumnya di Hermina dan Halodoc.

Di sisi lain, Astra juga terus mengejar diversifikasi di sektor energi hijau melalui anak perusahaan UNTR, yang telah melakukan investasi di pertambangan nikel dan energi panas bumi. Langkah ini mencerminkan komitmen Astra terhadap model pendapatan yang lebih berkelanjutan.

Prospek Saham ASII

Meskipun kinerja pasar otomotif domestik masih menghadapi tantangan, NH Korindo Sekuritas memandang prospek saham ASII tetap positif. Mereka menaikkan rekomendasi saham Astra menjadi buy, seiring dengan optimisme pulihnya penjualan mobil pada kuartal keempat.

Oleh sebab itu, target harga saham ASII ditetapkan pada Rp5.900, yang setara dengan rasio Price to Earnings (PE) sebesar 7,01 kali, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan PE pada standar deviasi (SD) -1 dalam tiga tahun terakhir. Saat ini, saham ASII diperdagangkan pada rasio PE sebesar 5,86 kali.