<p>Karyawan menghitung mata uang Rupiah di salah satu tempat penukaran uang atau Money Changer di kawasan Melawai, Jakarta, Senin, 9 November 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Perbankan

Pasar Pesimis terhadap Prospek Ekonomi ASEAN, Rupiah Terperosok 50 Poin

  • Menurut data perdagangan Bloomberg, Selasa, 3 Oktober 2023, nilai kurs rupiah ditutup melemah 50 poin di posisi Rp15.580 per-dolar Amerika Serikat (AS).

Perbankan

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Nilai kurs rupiah terperosok dengan penurunan sebesar 50 poin pada perdagangan hari ini karena pasar pesimis dengan prospek perekonomian di wilayah ASEAN.

Menurut data perdagangan Bloomberg, Selasa, 3 Oktober 2023, nilai kurs rupiah ditutup melemah 50 poin di posisi Rp15.580 per-dolar Amerika Serikat (AS).

Pada perdagangan sebelumnya, Senin, 2 Oktober 2023, nilai kurs rupiah ditutup melemah 75 poin di level Rp15.530 per-dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, ada beberapa faktor yang memberikan gambaran yang kurang optimis terhadap prospek perekonomian ASEAN.

"Berakhirnya periode pemulihan pascapandemi di Tiongkok, kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve AS, lemahnya sektor semikonduktor, dan permintaan domestik menggambarkan prospek pesimis bagi perekonomian ASEAN, termasuk Indonesia," kata Ibrahim kepada wartawan, Selasa, 3 Oktober 2023.

Akan tetapi, di tengah perlambatan ekonomi global, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dalam kuartal terakhir dikatakan Ibrahim masih menunjukkan tanda-tanda yang cukup positif.

Meskipun pertumbuhan PDB pada kuartal sebelumnya menggembirakan, kemungkinan perlambatan akan menjadi lebih nyata pada kuartal ketiga tahun 2023.

Proyeksi pertumbuhan Indonesia untuk tahun ini berada di sekitar 5,1%, yang sesuai dengan tren pertumbuhan historis sebelumnya. Namun, ada potensi perlambatan ringan hingga mencapai angka 4,7% di tahun depan jika mempertimbangkan adanya hambatan eksternal seperti dampak dari kebijakan pengetatan moneter yang terus berlangsung.

Ibrahim menyebutkan, terdapat beberapa alasan di balik perlambatan pertumbuhan yang diharapkan terjadi pada kuartal ketiga tahun 2023. Salah satu faktor utamanya adalah perlambatan pemulihan ekonomi Tiongkok pasca pandemi, yang telah mengakibatkan penurunan yang signifikan dalam proyeksi pertumbuhan.

Hambatan utama lainnya adalah penurunan sektor ekspor pada tahun lalu, yang masih terus berlanjut. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh pergeseran permintaan global dari barang ke jasa.

Namun, ada harapan bahwa komposisi permintaan eksternal akan kembali normal pada paruh kedua tahun ini, yang memberikan prospek pertumbuhan yang lebih baik secara keseluruhan.

Indonesia saat ini memiliki salah satu tingkat suku bunga riil tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Kebijakan pengetatan moneter yang berkelanjutan dalam beberapa kuartal ke depan diperkirakan akan memberikan tekanan tambahan.

Dampaknya tidak hanya akan dirasakan dalam sektor investasi, khususnya di sektor konstruksi, tetapi juga pada pinjaman rumah tangga, yang dapat berdampak pada konsumsi swasta. Ini merupakan tantangan utama yang perlu diatasi untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang stabil.

Dengan demikian, meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan ekonomi, Indonesia tetap diharapkan untuk mencapai pertumbuhan yang seimbang dalam situasi ekonomi yang dinamis ini.

Menurut Ibrahim, untuk perdagangan besok, Rabu, 4 Oktober 2023, nilai kurs rupiah berpotensi ditutup melemah di rentang Rp15.570-Rp15.630 per-dolar AS.