<p>Penjualan properti diproyeksi bakal bangkit pada semester II-2020 dengan tren lebih sehat dan dekat dengan alam. / Podomoropark.com</p>
Industri

Pasar Properti Bangkit Semester II-2020

  • JAKARTA – Sempat terpukul akibat COVID-19, pasar properti di Indonesia diprediksi bakal bangkit pada paruh kedua tahun 2020. Pengamat properti sekaligus Business Development Executive Ray White Indonesia Robby Simon melihat tanda-tanda kebangkitan pasar properti tampak pada daya beli masyarakat yang mulai bergerak positif. “Daya beli masih ada dan institusi finansial juga masih bergerak positif. Saya […]

Industri
Sukirno

Sukirno

Author

JAKARTA – Sempat terpukul akibat COVID-19, pasar properti di Indonesia diprediksi bakal bangkit pada paruh kedua tahun 2020.

Pengamat properti sekaligus Business Development Executive Ray White Indonesia Robby Simon melihat tanda-tanda kebangkitan pasar properti tampak pada daya beli masyarakat yang mulai bergerak positif.

“Daya beli masih ada dan institusi finansial juga masih bergerak positif. Saya lihat, bisnis properti akan semakin cepat pulih dan semoga mulai mengarah pada kondisi pemulihan di semester II-2020,” ujarnya dalam acara webbinar yang digelar Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur di Surabaya, Senin, 22 Juni 2020.

Dia mengakui pada awal 2020, pasar properti Tanah Air sudah menunjukkan gelagat yang cukup baik. Tercatat, realisasi investasi properti mencapai Rp100 triliun dengan jumlah proyek baru sebesar 1.245 proyek di seluruh Indonesia. Namun, kinerja itu harus terhenti akibat pandemi COVID-19.

“Anjloknya pasar properti nasional akibat pandemi COVID-19 kiranya tidak sepenuhnya terjadi di Surabaya. Hal ini terlihat dari presentasi penurunan yang terjadi di Surabaya jauh lebih kecil dibandingkan penurunan di Jabodetabek dan Bandung,” tegasnya.

Robby mencatat, pada kuartal I-2020, pasar properti di Jabodetabek merosot 50,1%, sementara di Surabaya turun 20% hingga 30%. Penurunan ini terjadi bukan lantaran daya beli merosot, tetapi lebih disebabkan oleh psikologi pembeli sehingga konsumen menunda pembelian.

Saat ini, kata dia, strategi marketing harus diubah karena COVID-19 menjadi pertanda selesainya masa industrialisasi, dan dimulainya masa digitalisasi informasi, sehingga model promosi yang dilakukan harus disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.

“Properti adalah kebutuhan mendasar bagi manusia, tetapi market saat ini lebih banyak berbicara tentang kebutuhan. Ada dua kriteria properti yang diminati dan cepat laku. Pertama hunian yang ready stock, dan kedua rumah second yang nilai jualnya di bawah harga pasar,” urainya.

Properti Podomoro Park di Bandung milik PT Agung Podomoro Land Tbk. / Podomoropark.com

Tren Properti Usai Pandemi

Sementara itu, tren konsumen properti mulai berubah sejak munculnya pandemi COVID-19. Jika sebelumnya faktor lokasi menjadi penentu utama, kini banyak konsumen yang lebih memilih hunian yang memiliki lingkungan dan aspek kesehatan yang tinggi. Konsumen lebih memprioritaskan pemilihan wilayah yang bisa menyatu dengan alam.

Analis properti Indonesia Yayat Supriyatna mengatakan tren properti saat ini mengarah ke jenis landed house di sub-urban seiring dengan kebutuhan masyarakat untuk memitigasi risiko psikologis yang dihadapi di masa pandemi dan aktivitas di perkotaan yang sudah penuh sesak.

“Sekarang ini kelihatannya masyarakat ingin berinvestasi membeli rumah di kawasan pinggiran yang bagus, yang asri, tetapi dengan bentuk investasi langsung. Tren kebutuhan perumahan ke depan itu betul-betul perumahan yang memberikan rasa nyaman dan aman,” kata Yayat di Jakarta, Minggu, 21 Juni 2020.

Yayat juga menjelaskan, wilayah sub-urban memiliki beberapa keunggulan, dari kualitas udaranya lebih bersih, potensi ruang terbuka masih besar, serta kondisi keamanan dan kenyamanan masih bagus. Kondisi sistem utilitas atau prasarana dan sarana lingkungannya juga mendukung, mudah akses transportasi dengan tingkat kepadatan rendah.

“Lebih baik bila ada service pelayanan kesehatan. Misalnya ada ruang perawatan, semacam medical center, pengembang dapat berkolaborasi dengan penyedia jasa kesehatan,” ujarnya.

Beralihnya minat konsumen ke hunian bernuansa alam juga terlihat dari tren penjualan perumahan di kawasan Podomoro Park Bandung. Konsep perumahan yang dibangun unit bisnis PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN) ini lebih mengedepankan aspek kesehatan lingkungan yang didukung dengan infrastruktur yang sudah matang.

General Manager Marketing Podomoro Park Bandung Tedi Guswana menjelaskan Podomoro Park membaca kebutuhan konsumen sejak sebelum pandemi COVID-19. Aspek kesehatan merupakan faktor utama setiap individu terutama konsumen dalam mencari hunian. Hal ini sejalan dengan konsep “Harmony with Nature” dengan lima elemen alam hunian dan kawasan yang dapat memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikologis sehingga dapat mewujudkan keluarga yang sehat.

“Kunci dalam menjalankan aktivitas adalah sehat dan Podomoro Park menerapkan ini di semua lini huniannya. Pertama adanya ruang terbuka hijau dengan rimbunnya pepohonan, danau megah sepanjang 1 kilometer, udara yang masih segar, dan pemandangan pegunungan Bandung Selatan,” ungkap Tedi.

Tedi mengatakan, rumah sehat Podomoro Park menjadi benchmark bagi pengembangan properti lain, terutama di Bandung. Setiap rumah sehat Podomoro Park dan beragam fasilitas pendukungnya sudah dirancang secara komprehensif sehingga telah sangat memenuhi seluruh aspek kehidupan penghuninya.

Sebagai rumah sehat yang nyaman ditinggali, Podomoro Park Bandung juga bernilai investasi yang prospektif karena dikembangkan di lokasi strategis sebagai sunrise property. Aksesibilitas juga mudah dijangkau, terhitung hanya 2 kilometer dari gerbang tol Buahbatu. Apalagi, ke depan akan dibangun stasiun LRT di depan kawasan Podomoro Park Bandung yang terkoneksi dengan kereta cepat Jakarta-Bandung.

“Fasilitas yang ada di rumah sehat akan mendukung gaya hidup yang aktif dan sehat,” kata Tedy.

Disampaikan Yayat, kualitas hidup dan kualitas kesehatan merupakan prioritas nomor satu masyarakat menengah ke atas sehingga tren konsumen ke depan dalam memilih hunian juga akan lebih cermat. “Bukan bertanya pada berapa harganya, tapi lebih bertanya mengenai faktor kesehatan, keamanan, dan kualitas hidup,” tambah Yayat.

Wilayah Bandung bagi Yayat merupakan salah satu target wilayah konsumen saat ini. Bandung Utara dan Bandung Selatan memiliki kualitas udara yang baik, ketenangan, dan lingkungan yang asri.

“Jadi potensi industri properti di Bandung cukup bagus. Selama demand-nya masih tinggi, supply-nya masih cukup. Saya kira tren kebutuhannya akan semakin meningkat. Apalagi pada kelompok milenial,” ujar Yayat. (SKO)