Pasar Tenaga Kerja AS Belum Pulih, Rupiah Diramal Lanjutkan Penguatan
- Pasar tenaga kerja yang belum pulih menekan nilai mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Walhasil, kurs rupiah kembali berpotensi kembali menguat.
Pasar Modal
JAKARTA – Pasar tenaga kerja yang belum pulih menekan nilai mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Walhasil, kurs rupiah berpotensi kembali menguat pada hari ini.
Analis Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan rupiah berpotensi menguat hingga ke level Rp14.230-Rp14.250 per dolar AS.
“Dolar AS masih memperlihatkan pelemahan setelah data tenaga kerja AS versi swasta untuk bulan Agustus semalam dirilis jauh di bawah ekspektasi, yakni hanya 374.000,” jelas Ariston kepada TrenAsia.com, Kamis, 2 September 2021.
- Tingkatkan Pemanfaatan Energi Hijau, Subholding Gas Pertamina Salurkan Gas Bumi ke Kantin Setneg RI
- Telan Investasi Rp14,37 Triliun, Konstruksi Jalan Tol Serpong – Balaraja Ditargetkan Rampung Akhir 2021
- Merger BUMN Pelindo 1-4 Resmi Mulai 1 Oktober 2021
Belum pulihnya tenaga kerja ini membuat bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) masih harus memberlakukan suku bunga acuan rendah. Meski begitu, penguatan rupiah kali ini berpotensi hanya terbatas.
“Penguatan mungkin terbatas karena pelaku pasar masih menunggu konfirmasi lebih lanjut dari data tenaga kerja AS versi pemerintah yang akan dirilis Jumat malam,” ujar Ariston.
Kondisi ini mengindikasikan The Fed masih harus melakukan Quantitative Easing (QE) untuk menopang pemulihan ekonomi AS. Dengan demikian, langkah agresif The Fed membeli obligasi pemerintah membuat pelaku pasar menurunkan ekspektasinya terhadap pasar keuangan Negeri Paman Sam.
Di sisi lain, pasar tenaga kerja yang belum pulih juga memaksa otoritas moneter ini menaruh suku bunga acuan terendah, yakni 0,25%. Menurut Ariston, hal ini dilakukan untuk memacu kembali geliat bisnis di AS.
“Indikasi yang sama dengan data dari swasta bisa mendorong pelemahan dolar AS lebih lanjut,” ucap Ariston.