Ilustrasi Bitcoin. Sumber: Pixabay.com
Fintech

Pasca-Halving, Bitcoin Kembali Pulih setelah Dihantam Sentimen Iran-Israel

  • Seiring mendekatnya peristiwa halving Bitcoin, biaya transaksi di jaringan ini meningkat. Ini disebabkan oleh Runes Protokol, ciptaan Casey Rodarmor dari Ordinals.
Fintech
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Ketegangan politik antara Iran dan Israel telah mempengaruhi pasar kripto, khususnya Bitcoin, yang jatuh di bawah US$61.000 pada Jumat 19 April 2024, tepat sebelum peristiwa halving. Selain itu, dana keluar dari ETF Bitcoin di AS tercatat sebesar US$204 juta selama dua pekan terakhir.

Seiring mendekatnya peristiwa halving Bitcoin, biaya transaksi di jaringan ini meningkat. Ini disebabkan oleh Runes Protokol, ciptaan Casey Rodarmor dari Ordinals.

Pada Sabtu, 20 April 2024, pukul 07:00 WIB, Bitcoin mengalami halving untuk keempat kalinya di ketinggian blok 840.000 dengan harga sekitar US$64.000. 

Kemudian, hari ini, Selasa, 23 April 2024 pukul 14.40 WIB, Bitcoin menempati posisi US$66.160 dengan kenaikan 0,04% dalam sehari dan 4,06% dalam sepekan.

Namun, menurut Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha, halving tidak langsung mempengaruhi harga Bitcoin. 

“Bitcoin halving tidak secara langsung menyebabkan lonjakan harga BTC secara instan, BTC kemungkinan dapat bergerak sideways atau turun untuk sementara waktu pasca-Halving, namun ini tidak berarti bahwa pasar bullish telah berakhir,” ungkap Panji kepada TrenAsia, Selasa, 23 April 2024. 

BTC mungkin akan mengalami fluktuasi atau penurunan sesaat setelah halving, namun prospek bullish masih terbuka dalam beberapa bulan ke depan. Potensi untuk BTC melebihi rekor tertinggi US$73.000 dan altcoin season berpotensi terjadi.

Saat ini, lebih dari 93% dari total pasokan Bitcoin yang ada telah ditambang, dengan total pasokan yang akan mencapai 21 juta BTC. Halving mengurangi imbalan bagi para penambang dari 6,25 BTC menjadi 3,125 BTC perblok.

Proses halving ini akan berlanjut hingga tahun 2140, di mana imbalan akan berkurang hingga hanya dari biaya transaksi.

Sementara itu, Ethereum melaporkan pendapatan kuat sebesar US$365 juta pada Q1 2024, tumbuh 155% dibandingkan tahun sebelumnya, didorong oleh pertumbuhan DeFi.

Mengenai proyeksi harga Bitcoin, Panji Yudha menjelaskan bahwa BTC berusaha mendekati resistensi US$69.000, dengan area MA-50 sebagai uji coba di sekitar US$67.500. Namun, jika tidak berhasil menembus MA-50, kemungkinan harga akan turun ke US$64.000.

Salah satu berita terbaru adalah persetujuan perdagangan ETF Bitcoin dan Ethereum di Hong Kong yang diperkirakan akan dimulai akhir April 2024. Pasar juga menantikan data ekonomi AS, termasuk laporan pertumbuhan GDP Amerika dan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) yang dikeluarkan oleh The Fed.

Pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan akan melambat di Q1 2024 dengan proyeksi pertumbuhan GDP sebesar 2,5%, turun dari 3,4% di Q4 2023. Sementara PCE diperkirakan akan meningkat 0,3% dibandingkan bulan sebelumnya dan 2,6% secara tahunan.

Pekan depan, Federal Reserve akan mengadakan pertemuan FOMC pada 30 April hingga 1 Mei. Panji memperkirakan jika data GDP dan PCE melebihi ekspektasi, permintaan terhadap USD akan meningkat karena ekspektasi suku bunga yang tinggi, yang mungkin menekan harga Bitcoin. Sebaliknya, jika data ekonomi AS mengecewakan, The Fed mungkin akan memangkas suku bunga, yang dapat mendorong reli Bitcoin.