Pasca Kunjungan Raja Salman, Investasi Arab Saudi di Indonesia Masih Rendah
JAKARTA – Arab Saudi tertarik menggelontorkan investasinya di ibukota RI yang baru. Hal tersebut diungkapkan Dubes Arab Saudi untuk …
Industri
JAKARTA – Arab Saudi tertarik menggelontorkan investasinya di ibukota RI yang baru. Hal tersebut diungkapkan Dubes Arab Saudi untuk Indonesia Esam bin Althagafi saat melakukan pertemuan dengan Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin, Senin (27/1).
Terkait investasi, lantas seberapa besarkah investasi Arab Saudi di Indonesia pasca kunjungan Raja Salman pada 2017 lalu?
Menurut Duta Besar Arab Saudi untuk RI saat itu Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi, nilai investasi Arab Saudi di Indonesia meningkat dari US$3,5 miliar menjadi US$40 miliar pasca kunjungan Raja Salman.
“Perlu kita sampaikan di sini setelah kunjungan Raja Salman ke Indonesia bahwa volume perdagangan meningkat dari US$3,5 miliar menjadi US$40 miliar,” papar Al Suhaibi.
Al Shuaibi menyebutkan pihaknya telah membahas hal berkaitan dengan kerja sama perdagangan antara kedua negara pada saat kunjungan Raja Salman. Hal tersebut membuahkan kesepakatan senilai US$5 miliar.
Sementara saat kunjungan Raja Salman di Indonesia, kedua negara meneken kerja sama senilai sekitar US$6 miliar atau sekitar Rp84 triliun. Investasi tersebut adalah untuk pembangunan Kilang Cilacap, yang menjadi kerja sama antara PT Pertamina dan Saudi Aramco.
Nilai investasi Arab Saudi di Indonesia tersebut tergolong kecil jika dibandingkan dengan saat kunjungan Raja Salman ke China setelah dari Jakarta. Saat itu, Raja Salman meneken kerja sama dengan Presiden China, Xi Jinping, senilai US$65 miliar atau sekitar Rp870 triliun.
Besarnya investasi Arab Saudi ke China dinilai karena hubungan yang saling menguntungkan (mutualisme) antara kedua negara. Sebaliknya, timbal balik dari investasi Arab Saudi ke Indonesia terbilang masih kecil.
Menurut Ekonom Bank Permata Joshua Pardede, China juga merupakan konsumen bahan bakar minyak terbesar dunia. Secara ekonomi, China juga merupakan salah satu yang terbesar di dunia. “Apalagi Arab Saudi memiliki kepentingan dengan industri minyaknya. Apalagi kondisi ekonomi di sana juga sedang sulit setelah turunnya harga minyak,” katanya.
Disamping faktor hubungan mutualisme, iklim investasi juga berpengaruh pada sedikitnya minat investor Arab Saudi untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Sebab lain kecilnya invetasi Arab Saud di Indonesia menurut Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati, adalah karena karakteristik investor asal negara-negara Timur Tengah yang menyukai kepraktisan.
“Kemudahan bisnis dan infrastruktur di China juga jauh lebih mapan ketimbang Indonesia,” ujar Enny.
Dikutip dari laporan BKPM, negara Timur Tengah seperti Arab Saudi selama ini memang masih berada di jajaran papan tengah daftar peringkat negara yang menanamkan modalnya di Indonesia. Sementara lima besar Negara investor terbesar Indonesia adalah Singapura, Jepang, Korea Selatan, China, dan Amerika Serikat.