Pasokan Vaksin Kurang dan Testing Rendah, Indonesia Belum Aman dari Pandemi COVID-19
Indonesia masih terus menambah pasokan vaksin COVID-19 dari berbagai merek hingga saat ini. Kendati demikian, Wakil Ketua Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Martin Manurung mengungkapkan Indonesia belum terbebas dari rasa aman terhadap pasokan vaksin COVID-19.
Nasional
JAKARTA – Indonesia masih terus menambah pasokan vaksin COVID-19 dari berbagai merek hingga saat ini. Kendati demikian, Wakil Ketua Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Martin Manurung mengungkapkan Indonesia belum terbebas dari rasa aman terhadap pasokan vaksin COVID-19.
Dalam memenuhi target 181,5 juta orang penerima vaksin, Martin menyebut, Indonesia harus mendapat setidaknya 362 juta dosis vaksin COVID-19. Sementara itu, pasokan vaksin yang sudah diterima pemerintah baru mencapai 83,9 juta dosis per 25 Mei 2021.
“Selain pasokan vaksin yang masih bergantung kepada negara lain, kecepatan testing COVID-19 Indonesia dinilainya masih kurang maksimal,” ujar Martin, Selasa, 25 Mei 2021.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Hal itu diungkapkan Martin dalam rapat kerja Komisi VI DPR RI dengan Holding Farmasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yakni PT Bio Farma (Persero), PT Kimia Farma (Persero) Tbk dan PT Indofarma (Tbk).
Padahal, Indonesia harus mewaspadai adanya lonjakan kasus COVID-19 usai momentum lebaran lalu. Martin berkaca testing yang optimal bisa membuat pengendalian penyebaran virus COVID-19 lebih terkendali.
Martin membandingkan kecepatan testing COVID-19 di Rusia yang tinggi. Jumlah testing COVID-19 di Rusia, kata Martin, sudah melampaui total populasi negara tersebut.
“Rusia sudah melakukan PCR test sebanyak 135 juta untuk jumlah penduduk sekitar 144 juta jiwa. Dengan data tersebut, Rusia dapat mengelola pandemi di negara mereka dengan pembatasan yang tidak lagi perlu terlalu ketat,” ungkap Martin.
Meningkatkan kecepatan testing bisa mengurangi dampak ekonomi dari pembatasan mobilitas. Apalagi, Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,3% year on year (yoy) pada tahun ini.
“Manajemen pandemi seperti itu yang harus dilakukan dengan baik sehingga tidak perlu banyak pembatasan-pembatasan yang ketat,” ungkap Martin.
Meski tengah melakukan vaksinasi, Martin mengimbau pemerintah untuk tetap ketat dalam melakukan testing, tracing, dan treatment COVID-19.
“Vaksinasi kita juga saya lihat kecepatannya belum maksimal, belum cepat. Dan juga stok yang tersedia juga, sorry to say, kita masih belum bisa melihat bahwa stok yang tersedia itu membuat kita tenang,” tambah Martin.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengatakan sebanyak 70 juta orang bisa menerima vaksin COVID-19 pada Agustus hingga September 2021. Optimisme Jokowi itu didasari oleh adanya program vaksinasi gotong royong yang diinisiasi kalangan pengusaha.
“Agustus atau September sudah mencapai jumlah 70 juta vaksin. Apalagi dengan vaksinasi gotong royong ini, kita harapkan bisa mempercepat target dan membuat kurva penyebaran virus COVID-19 turun,” kata Jokowi saat meninjau vaksinasi gotong royong untuk pekerja di Bekasi, Selasa 18 Mei 2021.
Kendati menargetkan 70 juta orang sudah divaksin COVID-19 pada Agustus 2021, Jokowi tidak membeberkan pasokan vaksin akan datang sesuai rencana tahun ini.