Patok Harga Rp3.400 per Lembar, Rights Issue BRI Berpotensi Raup Rp95,92 Triliun
- BBRI menawarkan hingga 28,21 miliar saham seri B atau 18,62% dari modal yang disetorkan.
Pasar Modal
JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) telah menetapkan harga pelaksanaan rights issue pada 7 September 2021. BBRI bakal mematok harga rights issue di angka Rp3.400 per lembar saham.
Berdasarkan prospektus perseroan, BBRI menawarkan hingga 28,21 miliar saham seri B atau 18,62% dari modal yang disetorkan. Dengan demikian, emiten pelat mreah ini bakal mengantongi dana hingga Rp95,92 triliun dari aksi korporasi ini
Sebanyak Rp54,77 triliun dana yang diperoleh BBRI tersebut berasal dari eksekusi inbreng saham negara dari PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM. Sementara sisa dana sebesar Rp41,15 triliun berasal dari Penawaran Umum Terbatas (PUT) I oleh pemegang saham publik.
‘Setiap pemegang 1 miliar saham lama berhak atas 230,12 juta Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) di mana satu HMETD berhak untuk membeli satu saham baru dengan harga pelaksanaan Rp3.400,” ucap manajemen BRI dalam prospektus, Selasa, 31 Agustus 2021.
- Habiskan Rp519 Miliar, Jokowi Resmikan Bendungan Kuningan Hari Ini
- Gunakan Dana IPO Rp25 Miliar, Ladangbaja Murni Selesaikan Renovasi Pabrik di Cibitung
- Bioskop CGV Tutup Selama PPKM, Graha Layar Prima Telan Rugi Rp168 Miliar
Pelaksanaan rights issue ini merupakan langkah terakhir dalam proses pembentukan holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Ultra Mikro (UMi). Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah lebih dulu memberikan restu pembentukan holding melalui penerbitan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 73 tahun 2021.
Masuknya Pegadaian dan PNM dalam ekosistem BRI diprediksi bisa memacu kemampuan penyaluran kredit ke segmen ultra mikro yang sebelumnya tidak terlayani. Melalui holding ini, Direktur Utama (Dirut) BRI Sunarso mengatakan postruk kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di BRI bisa menembus 85% pada 2025.
Sementara itu, posisi kredit UMKM di BRI per semester I-2021 ini masih berada di level 80,26%. Dalam mencapai target itu, Sunarso bakal menggenjot porsi kredit mikro dari 39,44% pada semester I-2021 menjadi 45% pada 2025.
Mempertebal Aset
Selain itu, BRI juga bakal mempertebal aset yang berasal dari Pegadaian dan PNM. Berdasarkan laporan keuangan semester I-2021, BRI setidaknya menambah Rp67,80 triliun aset dari Pegadaian dan Rp38,15 triliun dari PNM.
Maka, total aset BRI berpotensi tumbuh dari Rp1.450,90 triliun per 30 Juni 2021 menjadi Rp1.556,85 triliun usai gelaran rights issue. Kementerian BUMN menyebut tambahan aset ini secara langsung berimplikasi terhadap kemampuan penyaluran kredit UMKM.
Holding ini pun sudah menetapkan target 8 juta pelaku usaha menjadi nasabah baru. 18 juta pelaku usaha mikro tersebut sebelumnya tidak pernah tersentuh layanan keuangan formal.
- 10 e-Commerce Terlaris 2021: Tokopedia Perkasa Jadi Jawara, Shopee Dikudeta
- Tujuh Bank Setuju Restrukturisasi Kredit Waskita Karya Rp21,9 Triliun
- Hary Tanoe Ancang-Ancang Luncurkan Produk P2P Lending Baru, MotionKredit
“Pelaku usaha ini ragu karena sudah banyak adanya perlakuan-perlakuan yang tidak memanusiakan yang sempat dilakukan oleh lembaga keuangan tidak terakreditasi. Mereka juga terkendala adanya biaya pinjaman yang tinggi,” ucap Staf Ahli bidang Keuangan dan Pengembangan UMKM Kementerian BUMN Loto Srinaita Ginting dalam Webinar belum lama ini.
Holding ini selanjutnya bakal menyasar 12 juta pelaku usaha mikro dan kecil lain yang masih menerima akses layanan keuangan non-formal. Lebih rinci, sebanyak 5 juta pelaku usaha masih meminjam dana dari rentenir dan 7 juta lainnya mendapat pembiayaan dari kerabat.