Gaya Hidup

Pawai Pembukaan FKY 2019 Diikuti 2000 Seniman

  • Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2019 resmi dibuka Staf Ahli Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Bidang Hukum Pemerintahan dan Politik Umar Priyono pada hari Kamis (4/6/2019) pukul 15.00 WIB, di Titik 0 Kilometer, kawasan Malioboro, Yogyakarta.

Gaya Hidup
Tyo Sulistyo

Tyo Sulistyo

Author

Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2019 resmi dibuka Staf Ahli Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Bidang Hukum Pemerintahan dan Politik Umar Priyono pada hari Kamis (4/6/2019) pukul 15.00 WIB, di Titik 0 Kilometer, kawasan Malioboro, Yogyakarta.

Pembukaan FKY ditandai dengan pawai yang diikuti lebih dari 2.000 orang peserta dan dimeriahkan oleh 100 orang penari yang membawakan tarian Kinanti Sandung. Kinanti Sandung merupakan salah satu tembang Jawa yang diaransemen ulang menjadi jingle Festival Kebudayaan Yogyakarta 2019.

Pawai berangkat dari 2 titik yakni Kepatihan Malioboro dan Sewandanan Pakualaman.  Dua rombongan pawai akan bertemu di kawasan Titik 0 Kilometer tepatnya di depan Gedung Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Masyarakat sangat antusias menyaksikan pawai pembukaan FKY 2019 ini.

FKY yang sebelumnya “Festival Kesenian Yogyakarta”, kini berganti menjadi Festival Kebudayaan Yogyakarta. Pergantian dari “kesenian” menjadi “kebudayaan” bertujuan agar festival ini lebih berkembang karena konteks kebudayaan yang dinilai lebih luas. Menurut Kepala Dinas Kebudayaan DIY Aris Eko Nugroho, dengan memakai kata “kebudayaan” cakupannya tak hanya kesenian, tetapi juga sisi lainnya.

“Ketika kemudian ada perubahan kesenian menjadi kebudayaan, sebenarnya kami ingin lebih mengembangkan. Kalau kemarin kesenian menjadi bagian obyek kebudayaan. Tetapi kami berharap kebudayaan menjadi bagian lebih luas karena kebudayaan tak hanya bicara tentang kesenian tapi juga dengan yang lain,” ujar Aris.

FKY tahun ini mengangkat tema “Mulanira”. “Mulanira” berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti wiwitan, dimulainya awal yang baru pertama kalinya Festival Kebudayaan Yogyakarta. Sekaligus ingin membelajarkan kembali kebudayaan Yogyakarta sebagai rumah di mana ragam budaya heritage, populer dan kontemporer saling berinteraksi membentuk budaya Yogyakarta.” ungkap Ketua Umum Festival Kebudayaan Yogyakarta, Paksi Raras Alit.

Festival Kebudayaan Yogyakarta 2019 yang berlangsung pada 4 hingga 21 Juli dipusatkan di Desa Panggungharjo, Bantul, Yogyakarta. Panggungharjo dipilih karena secara infrastruktur sudah mapan, area yang luas sehingga mampu menampung pengunjung Festival Kebudayaan Yogyakarta.

Tidak hanya berpusat di Kampung Mataraman, FKY 2019 juga digelar di sepuluh titik lainnya. Diantaranya Telaga Julantoro, Lapangan Patmasuri, Pendhapa Art Space, Alun-alun Kidul, Museum Dewantara Kirti Griya, Museum Sonobudoyo, Museum Monumen Diponegoro, Museum Gunung Merapi dan Pasar Terban.

Pada 8-16 Juli 2019 akan ada pelaksanaan program Wirama, Wiraga, dan Wirasa. Wirama akan digelar di Gedung Sonobudoyo dimana karya-karya lama akan ditampilkan kembali. Wiraga merupakan pameran instalasi publik yang akan berlokasi di Alun-alun Kidul. Sedangkan Wirasa adalah lokakarya yang dilakukan seniman musik bersama para siswa didik Taman Siswa.

Tak ketinggalan penampilan teater pada 17 Juli 2019 di Pendhapa Art Space yang menampilkan cerita dari naskah kuno namun dibawakan oleh orang-orang baru.Di Pasar Terban akan ditampilkan potensi seni budaya Kampung Terban yang dibawakan oleh warga Terban sendiri. Kegiatannya berupa bazar, pentas ketoprak tuna netra, macapatan dan musik. Museum Gunung Merapi juga akan menjadi spot panggung kontemporer di mana para seniman Yogyakarta mengekspresikan keahliannya dengan tema besar berupa elektronika, gamelan, dan visual.