Paylater Makin Digandrungi, Tumbuh 4 Kali Lebih Besar dari Kenaikan Kredit Bank
- Produk kredit buy now pay later (BNPL) di perbankan menunjukkan pertumbuhan signifikan sebesar 42,68% yoy menjadi Rp21,77 triliun pada November 2024, dengan jumlah rekening mencapai 24,51 juta.
Perbankan
JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan penyaluran produk buy now pay later (BNPL/paylater) melesat pada periode November 2024, bahkan pertumbuhannya 4x lipat lebih besar dibanding kenaikan kredit perbankan.
Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae, pertumbuhan kredit perbankan mencatat angka double-digit sebesar 10,79% year-on-year (yoy) menjadi Rp7.717 triliun, sedikit menurun dibandingkan Oktober 2024 yang mencapai 10,92%.
"Pertumbuhan kredit ini didukung oleh peningkatan pada berbagai jenis kredit, terutama Kredit Investasi yang tumbuh tertinggi sebesar 13,77%," ujar Dian dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner (RDK), Selasa, 7 Januari 2025.
- Rekomendasi Saham Bank 2025: BBCA, BMRI, dan BRIS Masih Overweight
- 5 Orang Terkaya di Indonesia dari Bisnis Kelapa Sawit
- Berapa Sebenarnya Suhu Bulan?
Kredit Konsumsi mencatat pertumbuhan sebesar 10,94%, sedangkan Kredit Modal Kerja tumbuh sebesar 8,92%. Dari sisi kepemilikan bank, bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit dengan peningkatan sebesar 12,41% yoy.
Sementara itu, kredit korporasi mencatat pertumbuhan signifikan sebesar 16,19%, diikuti oleh kredit untuk UMKM yang tumbuh sebesar 4,02%.
Pertumbuhan Kredit BNPL
Produk kredit buy now pay later (BNPL) di perbankan menunjukkan pertumbuhan signifikan sebesar 42,68% yoy menjadi Rp21,77 triliun pada November 2024, dengan jumlah rekening mencapai 24,51 juta. Tingkat pertumbuhan tersebut empat kali lipat lebih tinggi dibanding perbankan yang kenaikannya mencapai
Meski porsinya hanya 0,28% dari total kredit, pertumbuhan ini menjadi sorotan utama dalam pengembangan layanan keuangan digital.
Dana Pihak Ketiga Menguat
Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh sebesar 7,54% yoy menjadi Rp8.835,9 triliun. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan pada giro (10,97%), tabungan (6,55%), dan deposito (5,57%).
"Likuiditas industri perbankan tetap memadai dengan rasio Alat Likuid terhadap Non-Core Deposit (AL/NCD) sebesar 112,94% dan Alat Likuid terhadap DPK (AL/DPK) sebesar 25,57%, yang jauh di atas threshold masing-masing," jelas Dian.
- Baca Juga: Mitigasi Jebakan Utang Paylater, Peminjam Kini Harus Punya Penghasilan Minimal Rp3 Juta Perbulan
Risiko dan Kualitas Kredit Tetap Terkendali
Dian menegaskan bahwa kualitas kredit tetap terjaga, dengan rasio Non-Performing Loan (NPL) gross sebesar 2,19% dan NPL net sebesar 0,75%. Loan at Risk (LaR) juga menunjukkan tren penurunan menjadi 9,82%, lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi pada Desember 2019 yang sebesar 9,93%.
"Rasio LaR yang terus membaik mencerminkan kemampuan perbankan dalam mengelola risiko kredit di tengah ketidakpastian ekonomi global," tambahnya.
Profitabilitas dan Permodalan Tetap Kuat
Profitabilitas perbankan, yang diukur melalui Return on Assets (ROA), tercatat sebesar 2,69%. Meski sedikit menurun dibandingkan bulan sebelumnya, angka ini menunjukkan industri perbankan masih stabil dan resilien.
Sementara itu, permodalan perbankan (Capital Adequacy Ratio/CAR) berada di level tinggi sebesar 26,92%, meskipun mengalami sedikit penurunan akibat pertumbuhan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) sejalan dengan peningkatan kredit. "Permodalan yang solid ini menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat," ujar Dian.
- LK21 dan Anoboy Ilegal, Ini 6 Platform Streaming yang Aman
- LK21 dan LokLok Ilegal, Berikut 5 Aplikasi Nonton Film dan Drama Lengkap dan Aman
- CBDK Patok Harga IPO di Level Rp4.060, Target Saham Diproyeksikan Naik 157 Persen
Penanganan Judi Online
OJK juga berperan aktif dalam pemberantasan judi online yang berdampak pada perekonomian. Hingga November 2024, OJK telah memblokir sekitar 8.500 rekening yang terindikasi digunakan untuk aktivitas tersebut.
"Kami terus bekerja sama dengan perbankan untuk mengembangkan parameter deteksi dini dan memperkuat pengawasan terhadap rekening dormant," ujar Dian.
Pencabutan Izin Empat BPR
Dalam rangka penegakan ketentuan, OJK mencabut izin usaha empat Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada Desember 2024. Bank tersebut adalah PT BPR Duta Niaga di Kalimantan Barat, PT BPR Pakan Rabaa Solok Selatan di Sumatera Barat, PT BPR Kencana di Jawa Barat, dan PT BPR Arfak Indonesia di Papua Barat.
"Langkah ini dilakukan untuk melindungi kepentingan nasabah dan menjaga stabilitas sektor perbankan," kata Dian.