PBB Kucurkan Rp137 Miliar Untuk Tangani Belalang di Afrika Timur
NEW YORK – Serangan hama belalang di Afrika Timur telah menjadi perhatian serius bagi PBB dan komunitas internasional lainnya. Perwakilan PBB, Mark Lowcock dalam konferensi pers (10/2), mengatakan bahwa PBB telah merilis US$10 juta atau setara Rp137 miliar untuk membantu mengatasi krisis hama belalang di Afrika. Menurutnya, permasalahan ini harus segera diatasi mengingat potensi penyebarannya […]
Industri
NEW YORK – Serangan hama belalang di Afrika Timur telah menjadi perhatian serius bagi PBB dan komunitas internasional lainnya.
Perwakilan PBB, Mark Lowcock dalam konferensi pers (10/2), mengatakan bahwa PBB telah merilis US$10 juta atau setara Rp137 miliar untuk membantu mengatasi krisis hama belalang di Afrika. Menurutnya, permasalahan ini harus segera diatasi mengingat potensi penyebarannya bisa sangat cepat.
Pada akhir Januari lalu, Organisasi Makanan dan Pertanian PBB (FAO) telah mengestimasi rencana pengendalian hama belalang membutuhkan biaya sebesar US$76 juta atau setara Rp1 triliun.
Wilayah Tanduk Afrika (HoR) menjadi daerah yang terkena dampak ancaman terburuk secara global. Menurut FAO, semula serbuan belalang tersebut menyebar dari Ethiopia dan Somalia, kemudian berimigrasi ke wilayah Kenya timur dan selatan.
Sekitar 70 ribu hektar tanaman terserang oleh 80 juta belalang gurun yang berkecepatan 130 kilometer per jam dengan cakupan seluas satu kilometer. Kini, perkembangbiakan hama masih berlangsung di kedua sisi Laut Merah dan sejumlah wilayah di Sudan, Eritrea, Arab Saudi, Sudan, Sjibouti, dan Yaman.
Belalang gurun (Schistocerca gregaria) merupakan spesies belalang bertanduk pendek yang termasuk kelompok Acrididae. Ia memiliki kemampuan bergerombol untuk terbang cepat dengan lintasan jarak jauh.
Di samping itu, lama hidup belalang gurun berkisar antara tiga sampai enam bulan, dengan peningkatan regenerasi 10 hingga 16 kali lipat dari sebelumnya.
Rata-rata belalang tersebut berukuran sebesar jari orang dewasa. Jumlahnya yang mencapai jutaan terbang ke ladang-ladang dan memenuhi langit sepanjang 60 kilometer dengan lebar 40 kilometer. Mereka berimigrasi bersama angin dan serbuannya bisa menghancurkan ladang per hari sehingga produksi pangan juga ikut terdampak.
Bahkan, dalam 70 tahun terakhir, hama belalang kali ini merupakan serangan yang terburuk. Sebelumnya, wabah pernah terjadi dalam skala besar selama enam kali di era 1900-an, hingga terakhir pada 1987-1989. Sementara itu, lonjakan dalam jumlah yang besar terjadi pada tahun 2003-2005.
Dalam laporannya, FAO merekomendasikan agar negara-negara yang berisiko dapat mensurvei dan memantau situasi dengan cermat, misalnya meningkatkan tindakan pengendalian udara melalui penyemprotan insektisida dari pesawat.