PBB Peringatkan Bencana Malnutrisi pada Anak-Anak Akibat Lonjakan Harga Pangan
- Biaya perawatan hidup untuk anak-anak dengan malnutrisi akan melonjak hingga 16% menurut PBB.
Dunia
LONDON – Biaya perawatan hidup untuk anak-anak dengan malnutrisi akan melonjak hingga 16% menurut PBB.
Pandemi yang sampai saat ini masih terasa dampaknya dan ditambah invasi yang terjadi di Ukraina memiliki andil besar dalam tingginya harga bahan baku.
Menurut UNICEF (Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa), bahan-bahan mentah dari makanan terapeutik siap makan juga mengalami peningkatan di tengah krisis pangan global.
- Pecinta Kopi Wajib tau! Ini Bahaya Konsumsi Espresso Berlebih
- Suhu di Indonesia Semakin Panas, Ternyata Ini Penyebabnya
- Ikuti Langkah Finlandia, Swedia Juga akan Gabung NATO
Bahan-bahan yang dibutuhkan meliputi pasta berenergi tinggi yang terbuat dari kacang, minyak, gula, dan nutrisi tambahan.
Sebuah karton nutrisi khusus yang berisi 150 paket rata-rata berharga US$41 atau setara Rp600,6 ribu (asumsi kurs Rp14.650 per dolar AS). Satu karton makanan esensial itu cukup selama 6 sampai 8 minggu untuk menyelamatkan anak-anak kurang gizi.
Tanpa dana bantuan dalam enam bulan ke depan, sekitar 600.000 anak-anak akan tidak mendapatkan perawatan yang dibutuhkan.
Selain keamanan pangan dan perubahan iklim, kenaikan harga pangan dapat berakibat bencana malnutrisi.
“Dunia secara cepat menjadi kotak virtual dari kematian anak yang dapat dicegah dan anak yang menderita karena kurang gizi,” ujar Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell, seperti dikutip dari Reuters.
Kekurangan gizi parah adalah keadaan di mana anak-anak terlalu kurus untuk tinggi badan mereka. Penyakit ini memengaruhi 13,6 juta anak-anak di bawah 5 tahun dan menyebabkan 1 dari 5 kematian pada kelompok usia itu.
Bahkan sebelum perang dan pandemi, 2 dari 3 anak tidak dapat mengakses makanan terapeutik untuk menyelamatkan hidup mereka.