PDB China Diprediksi Tumbuh di Tengah Pelambatan Ekonomi AS
- Analis Semesta Indovest Sekuritas Tobias Bernas memproyeksikan pertumbuhan PDB China sebesar 5,2% dan 4,5% pada 2023 dan 2024.
Nasional
JAKARTA – Produk Domestik Bruto (PDB) China diperkirakan bertumbuh di saat pelemahan ekonomi Amerika Serikat (AS). Hal seiring dengan pembukaan kembali keran ekonomi pascapandemi COVID-19 di Negeri Tirai Bambu tersebut.
Analis Semesta Indovest Sekuritas Tobias Bernas memproyeksikan pertumbuhan PDB China sebesar 5,2% dan 4,5% pada 2023 dan 2024. Angka tersebut lebih tinggi dari proyeksi tahun lalu sebesar 4,4% year-on-year (yoy), yang didukung peningkatan mobilitas dan utilitas industri.
Namun, kata dia, ekonomi China masih dihadapi dengan beberapa headwinds, seperti kontraksi sektor real estate, tekanan inflasi pada negara mitra dagang utama, dan utilitas industri yang belum maksimal.
“Meski demikian, langkah peningkatan pengeluaran infrastruktur oleh pemerintah diharapkan dapat tetap mendukung pemulihan ekonomi China,” ujarnya melalui riset yang diterima Senin, 17 April 2023.
Tobias menyatakan, langkah pemerintah untuk meningkatkan peran konsumsi rumah tangga dalam permintaan domestik diharapkan memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
- Korsel Beri Bantuan Rp7,3 Juta per Bulan Bagi Remaja Kesepian
- Tokoh NU Nilai Rokok Disamakan dengan Narkoba di RUU Kesehatan Timbulkan Polemik
- Tren Positif Industri Ritel Makanan Ditopang Solidnya Daya Beli, Alfamat (AMRT) Raih Berkahnya!
“Reformasi perusahaan miliki negara untuk menutup kesenjangan tingkat produktivitas dapat secara signifikan mendorong pertumbuhan ekonomi ke depannya,” imbuhnya.
Sementara itu, lanjut Tobias, Bank Sentral China (PBoC) akan tetap mempertahankan dovish stance dengan menjaga medium-term lending facility rate 1 tahun pada 2,75% dan loan prime rate 5 tahun pada 4,3%.
“Dukungan likuiditas pengembang properti dan pelonggaran syarat pembelian rumah diharapkan menstabilkan pasar properti.”
Menurut dia, downside risks terhadap ekonomi China berasal dari risiko perlambatan ekonomi global yang dapat berdampak terhadap permintaan global. Selain itu, daya beli konsumen diperkirakan relatif tetap rendah sepanjang 2023.
“Namun, sinyal pelonggaran crackdown regulator China diharapkan dapat offset sebagian dari downside risks tersebut.