Pejabat Keamanan Siber AS Samakan TikTok dengan Kuda Troya
- Pejabat Keamanan Siber AS mengatakan keberadaan TikTok di AS merupakan masalah strategis dan bukan ancaman taktis bagi negeri Paman Sam.
Dunia
WASHINGTON - Kepala Direktorat Keamanan Siber Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) menyamakan TikTok dengan Kuda Troya. Ia mengatakan bahwa keberadaan TikTok di AS merupakan masalah strategis dan bukan ancaman taktis bagi negeri Paman Sam.
Pada konferensi yang digelar di California Utara, Direktur Keamanan Siber CIA Rob Joyce menegaskan kembali bahwa aplikasi jejaring sosial milik China mirip dengan senjata bermuatan yang dapat digunakan pemerintah China untuk memengaruhi apa informasi yang dilihat orang Amerika.
"Mengapa Anda membawa kuda Troya ke dalam benteng?," kata Joyce di konferensi tersebut sebagaimana dikutip TrenAsia.com dari Reuters Rabu, 29 Maret 2023.
Joyce menambahkan China dapat menggunakan pengaruhnya di TikTok untuk menekan informasi yang mungkin membuat China terlihat buruk bagi orang Amerika.
- Pencipta Chat GPT, Sam Altman Mengaku Takut Pada Ciptaannya, Ini Alasannya
- Menyoal Perselingkuhan yang Trending Lagi: 8 Alasan Mengapa Seseorang Berselingkuh Menurut Ahli
- 5 Cara Memperpanjang Battery Life pada Ponsel Android Agar HP Tetap Awet
Sebelum Joyce, pernyataannya peringatan serupa sebelumnya pernah dipaparkan oleh Direktur Biro Investigasi Federal Christopher Wray dan Direktur Badan Keamanan Nasional AS, Paul Nakasone. Pada konferensi, ia mengatakan kepada anggota parlemen AS bahwa TikTok dapat digunakan untuk memberi pengaruh besar-besaran pada proses kampanye.
Kembali mengenai undang-undang yang mengatur TikTok di Negara Paman Sam, Presiden AS Joe Biden telah mengisyaratkan dukungannya untuk undang-undang yang diperkenalkan oleh sejumlah Senator. Undang-undang tersebut akan memberinya kekuatan untuk melarang TikTok dan teknologi asing lainnya jika menimbulkan risiko keamanan nasional.
Pada pekan lalu, anggota Dewan Perwakilan Rakyat AS juga telah memanggil CEO TikTok Shou Zi Chew dan mengkritisi perusahaannya tentang praktik penanganan data aplikasi tersebut. Kritik ini mengacu oada meningkatnya kekhawatiran bipartisan atas 150 juta pengguna aplikasi tersebut di AS.
Selama kesaksiannya, Chew berulang kali membantah bahwa aplikasi tersebut membagikan data atau memiliki hubungan dengan Partai Komunis China.