Pekerja Disebut Lebih Tangguh Saat Pandemi Dibanding Wirausaha
JAKARTA – Survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebut kelompok rumah tangga (RT) pekerja lebih tangguh dibandingkan RT usaha pada masa pandemi COVID-19. Padahal, sebagian besar kedua kelompok tersebut sama-sama memutuskan untuk tetap menjalankan aktivitas seperti biasa. Namun, RT usaha terdampak lebih keras akibat krisis kesehatan dan kebijakannya. “Bahkan rumah tangga usaha mengalami kesulitan dalam […]
Industri
JAKARTA – Survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebut kelompok rumah tangga (RT) pekerja lebih tangguh dibandingkan RT usaha pada masa pandemi COVID-19.
Padahal, sebagian besar kedua kelompok tersebut sama-sama memutuskan untuk tetap menjalankan aktivitas seperti biasa. Namun, RT usaha terdampak lebih keras akibat krisis kesehatan dan kebijakannya.
“Bahkan rumah tangga usaha mengalami kesulitan dalam membayar tagihan dan cicilan rumah tangga,” kata Kepala Pusat Penelitian Ekonomi LIPI, Agus Eko Nugroho dalam diskusi virtual, Rabu, 19 Agustus 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Agus menjelaskan bahwa perbedaan antara kedua kelompok tersebut adalah sebaran dampak pandemi ke beberapa kelas kelompok RT. Pada RT usaha, survei menunjukkan bahwa seluruh kelas RT usaha mengaku terdampak krisis ekonomi dengan komposisi sebanyak 87,3% RT usaha mengalami kesulitan.
Sebaliknya, RT pekerja lebih merasa berat untuk membiayai konsumsi dan relatif homogen di berbagai kelompok pengeluaran, dengan komposisi 64,8% RT pekerja. Adapun, kelompok RT pekerja yang tercatat paling terdampak adalah kelas pendapatan kurang dari Rp3 juta.
“Bahkan, semakin tinggi kelas, semakin rendah RT pekerja yang mengaku mengalami penurunan pendapatan,” imbuh dia.
Peran Konsumsi Rumah Tangga
Agus menjelaskan, rumah tangga merupakan pelaku ekonomi terkecil dan terpenting, mengingat semua kegiatan ekonomi berawal dari sana. Rumah tangga Indonesia yang terdampak terdapat dua sisi secara bersamaan, yaitu kontraksi pendapatan dan keterbatasan ruang konsumsi.
Kontraksi pendapatan terjadi karena adanya pemutusan hubungan kerja (PHK), pengurangan gaji, dan penurunan laba usaha. Sementara itu, keterbatasan ruang konsumsi di antaranya disebabkan oleh pembatasan mobilitas masyarakat.
Untuk bertahan di masa krisis, baik rumah tangga usaha maupun rumah tangga pekerja memanfaatkan keberadaan tabungan, aset, dan atau pinjaman kerabat. Kedua kelompok juga sepakat bahwa dalam enam bulan ke depan mulai merasa yakin untuk bekerja dan berusaha namun masih ragu untuk meningkatkan konsumsi.
Lesunya konsumsi rumah tangga tidak dapat dianggap remeh, sebab pertumbuhan -5,32% kuartal-II 2020 disumbang oleh penurunan lebih dari 70% kelompok konsumsi RT yang diikuti oleh turunnya investasi dan perdagangan.
“Pengeluaran pemerintah belum optimal menjaga permintaan agregat. Jika intervensi dan pengelolaan tidak berhati-hati maka kondisi resesi akan terjadi.”
Total konsumsi Indonesia ditopang oleh kelas menengah-atas sebesar +/- 69% dari total rumah tangga Indonesia. Sayangnya, baru 19,4% rumah tangga yang telah melaporkan pernah mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah.