s.png
Dunia

Pelanggar Peraturan Lockdown di China Diarak di Depan Umum

  • Polisi bersenjata di China mengarak empat orang di depan umum, karena diduga melanggar peraturan lockdown untuk mencegah penyebaran COVID-19

Dunia

Fadel Surur

GUANGXI – Polisi bersenjata di China mengarak empat orang di depan umum, karena diduga melanggar peraturan lockdown untuk mencegah penyebaran COVID-19.

Keempat tersangka itu membawa plakat yang menunjukkan foto dan nama mereka dan diarak pada hari Selasa, 28 Desember 2021, seperti dikutip TrenAsia.com dari Daily Mail pada 29 Desember 2021.

Foto-foto acara yang beredar itu menunjukkan setiap tersangka ditemani oleh dua petugas kepolisian. Mereka mengenakan pelindung wajah, topeng, dan pakaian hazmat. Polisi yang mengawal acara itu dilengkapi dengan senjata dan pakaian anti huru-hara. 

Mempermalukan di depan umum adalah bagian dari tindakan disipliner yang diumumkan oleh pemerintah setempat pada bulan Agustus. Public shaming digunakan sebagai hukuman bagi mereka yang melanggar protokol kesehatan.

China sempat melarang tindakan mempermalukan di depan umum bagi tersangka kriminal pada 2010. Hal ini dilakukan setelah para aktivis HAM berkampanye melawannya. 

Namun, praktik itu kembali muncul sebagai bentuk perjuangan menegakkan kebijakan nasional “nol COVID-19” oleh pemerintah setempat. 

“Meskipun Jingxi berada di bawah tekanan luar biasa untuk mencegah kasus virus, tindakan itu sangat melanggar semangat supremasi hukum dan tidak dapat dibiarkan terjadi lagi,” kata Beijing News yang berafiliasi dengan Partai Komunis China pada hari Rabu, 29 Desember 2021 seperti dikutip dari Daily Mail

Penduduk di beberapa kota-kota besar China mengeluhkan risiko kelaparan karena larangan keluar rumah yang ditetapkan. Di bawah peraturan COVID-19 terbaru, mereka dilarang untuk keluar bahkan untuk membeli makanan hanya karena beberapa kasus.

Aparat Kota Xi’an mengumumkan kepada 13 juta penduduknya bahwa mereka hanya diizinkan keluar rumah jika diundang untuk mengikuti pengujian massal, atau keperluan medis yang darurat.

Sebelumnya, setiap anggota rumah diizinkan untuk keluar setiap dua hari sekali untuk membeli makanan. Mereka yang tinggal di daerah berisiko rendah juga diperbolehkan membeli kebutuhan pokok dengan hasil tes negatif.