92 Persen Pengguna LinkedIn Laporkan Pelanggaran Data Besar-besaran
Pelanggaran data besar-besaran LinkedIn dilaporkan mencapai 92 persen pengguna yang akan terkena dampaknya
Tekno
JAKARTA – Pelanggaran data LinkedIn besar-besaran telah dilaporkan dan hampir semua orang di dalamnya telah terkena dampaknya.
Dikutip dari HT Tech, sebuah laporan menunjukkan bahwa situs jaringan tersebut kini terkena pelanggaran lain.
Kali ini, lebih dari 700 juta pengguna tampaknya ikut terdampak, dan terhitung lebih dari 92 persen pengguna di platform tersebut.
- Modernland Realty Raup Marketing Sales Rp341 Miliar pada Kuartal I-2021
- Waskita Karya Raih Kontrak Pembangunan Jalan Perbatasan RI-Malaysia Rp225 Miliar
- Pengelola Hypermart (MPPA) Berpotensi Meraih Rp670,85 Miliar Lewat Private Placement
Tak hanya itu, orang pertama yang mendengar tentang pelanggaran data LinkedIn ini adalah ketika peretas itu sendiri yang mengumumkannya.
Oleh karena itu, pengguna LinkedIn memang perlu untuk khawatir karena alamat email, nama lengkap, nomor telepon hingga alamat fisik sedang dijual termasuk kata sandinya.
Menurut laporan oleh RestorePrivacy dan PrivacyShark, peretas di balik kebocoran data tampaknya telah mengakses data dari situs web menggunakan API perusahaan, atau Antarmuka Pemrograman Aplikasi, perantara perangkat lunak yang memungkinkan dua layanan berkomunikasi satu sama lain.
- Baru Saja Rilis, Fitur Fleets Justru akan Dihapus dari Twitter
- Booming Tren Daring (Serial 4): Peluang Kerja di Era Digital
- Studi Terbaru Menemukan Kekebalan Manusia Dapat Dilatih untuk Melawan Infeksi
Pelaku menyalahgunakan API untuk melakukan ‘pengikisan data’ guna mengumpulkan informasi yang tersedia untuk umum dari situs web.
Pihak LinkedIn sendiri telah berekasi dan mengeluarkan pernyataan tentang masalah ini, mengklaim bahwa ini bukan pelanggaran data dan tidak ada data pribadi anggota LinkedIn yang diekspos.