Vale Indonesia
Energi

Peliknya Divestasi Vale Indonesia (Part 1): Menilik Pasang Surut Kinerja 5 Tahun Terakhir

  • Tak adanya titik temu terkait harga besaran divestasi saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) sebesar 14 persen turut menjadi polemik yang tak berkesudahan.

Energi

Debrinata Rizky

JAKARTA - Tak kunjung sepakatnya harga besaran divestasi saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) sebesar 14 persen turut menjadi polemik yang tak berkesudahan.

Terbaru pemerintah mentargetkan proses divestasi saham selesai pada tahun 2024 dan perusahaan nikel terbesar di dunia tersebut akan langsung mendapatkan perpanjangan izin usaha hingga 20 tahun.

Saat ini kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif proses divestasi akan dilanjutkan oleh MIND ID sebagai holding BUMN pertambangan.

MIND ID dan Vale akan membahas besaran harga per lembar saham yang akan didivestasikan. Arifin menyebut, bocorannya, harga saham yang dilepas berada di kisaran Rp3.000 per lembar.

"Kepalanya tiga, tapi kepalanya mendem," kata Arifin kepada awak media di Kantor Ditjen Migas dilansir Senin, 19 Februari 2024.

Adapun komposisi pemegang saham PT Vale Indonesia di bursa berdasarkan laporan bulan registrasi pemegang efek Juni 2023, yakni Vale Canada Limited 43,79%, MIND ID 20%, Sumitomo Metal Mining Co. Ltd 15,03%, dan masyarakat atau publik 21,18%.

Lantas, bagaimana kinerja INCO selama 5 tahun terakhir sebelum kesepakatan harga divestasi diteken?

Rekam Jejak Kinerja INCO dalam 5 Tahun

Jika mundur dari tahun 2019, INCO justru mengalami laba periode berjalan sebesar 5,14% secara year on year (YoY) untuk periode Desember 2019 dari Desember 2018.

Jumlah laba periode berjalan ini turun menjadi US$57,4 juta dari tahun sebelumnya US$60,51 juta. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dirilis, sepanjang tahun lalu perusahaan membukukan kenaikan pendapatan tipis sebesar 0,65% menjadi US$782,01 juta, dari posisi US$ 776,900 di akhir Desember 2018.

Pada 2019, harga realisasi rata-rata nikel adalah US$10,855 per ton, 6% lebih tinggi ketimbang dengan harga rata-rata di 2018. Di mana Vale mencatat penjualan sebesar 72.044 ton nikel dalam matte, turun 5% dari penjualan tahun sebelumnya yang sebesar 75.631 ton nikel dalam matte.

2020

Sedangkan sepanjang 2020 emiten pertambangan mineral tetap mencentak pertumbuhan laba, namun pendapatannya mengalami koreksi.

Berdasarkan laporan keuangan INCO, pertumbuhan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 44,2% menjadi US$82,81 juta dibandingkan dengan perolehan 2019 US$57,4 juta.

Sedangkan dari sisi pendapatan, mencetak pendapatan sebesar US$764,74 juta pada 2020. Realisasi itu turun 1,82% dibandingkan dengan perolehan 2019 sebesar US$782,01 juta.

2021

2019-2020 kinerja INCO mengalami pasang surut, entah pendapatan terkoreksi namun laba tetap tumbuh atau sebaliknya. Sedangkan memasuki tahun 2021 durian runtuh menghampiri Vale.

Di mana moncernya harga komoditas nikel membuat kinerja keuangan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) melesat. Pendapatan dan laba perusahaan yang secara grup kompak menguat.

Berdasarkan laporan keuangan, INCO membukukan pendapatan US$953,17 juta sepanjang periode tahun lalu. Angka ini naik 24,64% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, US$764,74 juta.

Sedangkan, INCO mampu mencatat laba bersih US$165,79 juta pada 2021. Perolehan ini melesat 100% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, US$82,82 juta.

Sejalan dengan kenaikan laba bersih, laba per saham INCO juga naik menjadi US$0,0167 dari sebelumnya US$0,0083 per saham  saja.

2022
Pesta durian runtuh komoditas masih membanjiri Vale, di mana mencatatkan laba bersih senilai US$200,32 juta sepanjang tahun 2022. Realisasi ini naik 19,80% dari laba bersih yang didapatkan pada tahun 2021 sebesar US$165,79 juta.

Naiknya laba bersih juga tak terlepas dari pendapatan di mana mencatatkan, penjualan sebesar US$1,17 miliar pada tahun 2022, naik 24% dari penjualan yang tercatat pada tahun 2021 sebesar US$ 953,1 juta.

Lagi lagi harga realisasi rata-rata pada tahun 2022 ada 35% lebih tinggi dibandingkan harga tahun lalu. INCO telah memproduksi 60.090 metrik ton nikel dalam matte pada tahun 2022. Realisasi ini turun 8,1% dari produksi tahun 2021 yang mencapai 65.388 metrik ton.

2023

PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatatkan laba sebesar US$274,33 juta atau setara Rp4,28 triliun pada 2023, mengalami kenaikan 37%.

Kenaikan laba bersih tersebut sejalan dengan pendapatan emiten pertambangan nikel ini yang meningkat 4,48% dari US$1,18 miliar menjadi US$1,23 miliar.

Produksi PT Vale pada 2023 mencapai 70.728 metrik ton  nikel dalam matte, naik 18% dari produksi tahun 2022, yang merupakan hasil pelaksanaan strategi pemeliharaan kami di sepanjang tahun.

Pendapatan keuangan melonjak 234,42% menjadi US$35,7 juta pada 2023 dari periode sama tahun sebelumnya US$10,69 juta. PT Vale Indonesia Tbk mencatat laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 36,89% menjadi US$274,33 juta pada 2023 dari periode sama tahun sebelumnya US$200,40 juta.