Peluang Besar, Kapasitas Produksi Baja Nasional Mencapai 13 Juta Ton
- JAKARTA - Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier melaporkan, kapas
Industri
JAKARTA - Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier melaporkan, kapasitas produksi bahan baku baja nasional (slab, billet, bloom) saat ini tercatat 13 juta ton.
Adapun pada tahun lalu, produksinya kurang lebih mencapai 11,6 juta ton atau meningkat 30,25% dibandingkan dengan 2019 yang mencapai 8,9 juta ton. Selain itu, utilisasi pada 2020 juga meningkat hingga 88,38%, dari 2019 sebesar 67,86%.
“Sektor industri baja merupakan indikator perekonomian suatu negara. Artinya, kalau industri bajanya tumbuh, tentunya ekonomi kita bisa terbangun dengan kuat. Maka, kita harus mengoptimalkan produk-produk dalam negeri,” mengutip keterangan resmi, Selasa, 27 Juli 2021.
- Chipshet Lagi Langka, Tesla Malah Bukukan Laba Bersih Rp16,5 Triliun pada Kuartal II-2021
- Kredit dan Pembiayaan ke Sektor Ekonomi Hijau Lampaui Rp800 Triliun
- Pintek Catat Pembiayaan ke UKM Pendidikan Naik 4 Kali Lipat pada Semester I-2021
Seiring dengan kebijakan substitusi impor sebesar 35% pada 2022, Taufiek menyebut Indonesia berhasil menekan impor baja hingga 34% tahun lalu.
Padahal, lanjutnya, hampir seluruh negara mengalami penurunan produksi baja karena dampak pandemi. Meskipun demikian, sejumlah negara yang tidak mengalami, misalnya, China yang produksinya justru meningkat 5,2%.
Berikutnya, produksi baja di Turki juga naik 6%, Iran meningkat 13%, dan Indonesia mampu meningkat tinggi, hingga 30,25% dibandingkan dengan 2019.
Di tengah pandemi, permintaan terhadap produk baja di pasar ekspor justru mengalami peningkatan. Industri ini pun menyumbang berkontribusi ekonomi nasional, mulai dari peningkatan pada investasi, penyerapan tenaga kerja, hingga nilai ekspor.
Per kuartal I-2021 industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya sebagai kelompok penyumbang terbesar pada penanaman modal di sektor manufaktur, nilainya mencapai nilai Rp27,9 triliun atau menyumbang kontribusi 12,7%.
Kemudian, pada periode yang sama, nilai ekspor industri logam dasar tercatat sebesar US$5,87 miliar atau naik 7% dibandingkan dengan capaian periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$5,48 miliar.