<p>Kantor Japfa Comfeed / Shareinv.com</p>
Bursa Saham

Peluang dan Tantangan JPFA dalam Program Makan Bergizi Gratis di Indonesia

  • Sebagai pemain dengan jaringan distribusi mencapai 160.000 titik di seluruh Indonesia, JPFA memiliki keunggulan logistik yang mendukung implementasi program berskala besar seperti MBG

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) terus memperkuat posisi sebagai pemain utama dalam industri pangan, dengan memanfaatkan peluang dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). Keikutsertaan ini berdampak positif pada target saham perseroan yang dikerek naik. 

Sebagai perusahaan swasta pertama yang mendanai uji coba implementasi program ini, Japfa menempatkan diri sebagai mitra strategis pemerintah untuk menyediakan solusi protein berkualitas bagi masyarakat.

Asal tahu saja, pelaksanaan uji coba program MBG oleh Japfa di Kecamatan Banyumas, Jawa Tengah, menjadi langkah awal penting. Dengan harga paket makanan bergizi sebesar Rp12.000, program ini memberikan akses makanan sehat, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah. 

Namun, dengan anggaran pemerintah yang rata-rata hanya Rp10.000, Japfa perlu melakukan penyesuaian untuk menjaga keberlanjutan program ini.  Diketahui, potensi pasar program MBG sangat besar, dengan proyeksi 82,9 juta penerima manfaat. 

Terlebih lagi, surplus pasokan domestik daging ayam dan telur masing-masing 0,12 juta ton dan 0,17 juta ton menjadikan kedua komoditas ini sumber protein utama yang paling memungkinkan untuk dikembangkan. Meski demikian, tantangan tetap ada, terutama pada komoditas daging sapi dan susu yang mencatat defisit pasokan sebesar 0,4 juta ton dan 3,7 juta ton.

Sebagai pemain dengan jaringan distribusi mencapai 160.000 titik di seluruh Indonesia, JPFA memiliki keunggulan logistik yang mendukung implementasi program berskala besar seperti MBG. “Kemitraan strategis antara JPFA dan pemerintahan Prabowo dalam program ini dapat membuka peluang kontrak business-to-government (B2G) yang signifikan bagi perusahaan,” ujar analis NH Korindo Sekuritas Indonesia, Ezaridho Ibnutama dalam riset pada Kamis, 19 Desember 2024.

Namun, peluang ini tidak terlepas dari tantangan bisnis yang harus diantisipasi. Penyesuaian anggaran pemerintah ke level lebih rendah dapat memengaruhi margin keuntungan. Selain itu, ancaman kenaikan harga komoditas pangan, perang dagang, serta risiko wabah flu burung bisa menekan rantai pasokan dan operasional.

Dari sisi kinerja keuangan, Japfa menunjukkan hasil yang menjanjikan. Selama Januari-September 2024, penjualan tercatat mencapai Rp 41,28 triliun, naik 9,3% year-on-year (yoy). Segmen peternakan komersial menjadi penyumbang terbesar, berkontribusi sebesar 40,7% terhadap total pendapatan, diikuti oleh pakan ternak 26,32%, dan pengolahan unggas serta produk konsumen 15,25%.

Efisiensi operasional juga menjadi keunggulan JPFA, dengan kenaikan beban pokok penjualan yang lebih lambat sebesar 4,68% yoy, mencapai Rp33,34 triliun. Penurunan harga jagung, digitalisasi proses, serta optimalisasi SOP menjadi faktor utama yang mendorong peningkatan gross profit margin (GPM) ke 19,24% dari sebelumnya 15,68%. 

Akibatnya, laba kotor melonjak 125,8% yoy menjadi Rp2,25 triliun, sementara net profit margin (NPM) meningkat dari 2,63% menjadi 5,44%. Dengan performa keuangan yang kuat dan potensi pasar program MBG yang besar, NH Korindo Sekuritas merekomendasikan buy untuk saham JPFA.

Target harga saham dinaikkan menjadi Rp2.500 per saham, mencerminkan price-to-earnings (P/E) sebesar 10 kali dari rata-rata 3 tahun terakhir. Sementara itu, pada penutupan perdagangan Kamis, 19 Desember 2024, saham JPFA ditutup dengan pelemahan 4,15% ke level Rp1.850 per saham. 

Ke depan, Japfa harus terus berinovasi untuk mengatasi tantangan anggaran dan risiko eksternal. Keberhasilan program MBG tidak hanya menjadi peluang bisnis, tetapi juga wujud kontribusi nyata JPFA dalam mendukung ketahanan pangan dan kesehatan masyarakat Indonesia.