Ilustrasi base transceiver station (BTS) di kawasan Rasuna Said, Jakarta. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Pasar Modal

Peluang Emiten Menara Kian Melangit, Siap-Siap Koleksi Saham TOWR, TBIG, dan MTEL

  • Sejumlah emiten menara telekomunikasi diproyeksikan masih memiliki banyak ruang untuk bertumbuh di masa depan. Terutama bagi emiten yang memiliki aset menara di luar Pulau Jawa.
Pasar Modal
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – Sejumlah emiten menara telekomunikasi diproyeksikan masih memiliki banyak ruang untuk bertumbuh di masa depan. Terutama bagi emiten yang memiliki aset menara di luar Pulau Jawa.

Analis Henan Putihrai Sekuritas, Robertus Hardy melihat emiten menara seperti PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) milik Grup Djarum, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) milik Grup Saratoga, dan PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel/MTEL) milik Grup Telkom dapat menangkap peluang tersebut.

Pasalnya, tiga emiten menara ini memiliki aset yang cukup besar di luar Pulau Jawa. Sedangkan, potensi pertumbuhan ekonomi di luar Pulau Jawa lebih tinggi, sehingga berpeluang mengerek pengembangan aset menara di luar Pulau Jawa.

“Sebesar 57 persen menara MTEL terletak di luar Jawa, diikuti oleh TOWR dan TBIG masing-masing sebesar 48 persen dan 43 persen,” papar Robertus melalui riset yang diterima Selasa, 25 Januari 2022.

Selain itu, pemerintah juga mendorong perluasan pemerataan cakupan area 4G, yang sebagian besar terjadi di luar Jawa. Ekspektasi kuatnya pertumbuhan dari bisnis yang terkait komoditas dan bisnis properti konstruksi di luar Jawa juga diproyeksikan akan meningkatkan permintaan trafik data seluler. 

Belum lagi ekspektasi kuatnya penambahan Base Transceiver Station (BTS) baru dari perusahaan operator telekomunikasi seiring kenaikan trafik data seluler juga dapat memberi keuntungan bagi perusahaan menara.

Berdasarkan data yang dihimpun Henan Putihrai, ke depannya jumlah BTS Telkomsel, Indosat, dan XL Axiata berpotensi bertumbuh masing-masing sebesar 14%, 25% dan 16% dengan tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun (Compound Annual Growth Rate/CAGR) sepanjang 2021 – 2026.

Menurut Robertus, hal ini dapat dimanfaatkan oleh Indosat Ooredoo Hutchison, entitas gabungan PT Indosat Tbk (ISAT) dengan PT Hutchison Tri Indonesia. Sebab, keduanya bakal melakukan penyederhanaan jaringan sehingga dapat mengurangi jumlah gabungan lokasi BTS.

Sebelum merger, ISAT dan Tri secara terpisah berkontribusi masing-masing 14% dan 26% terhadap pendapatan TOWR, 21% dan 15% terhadap pendapatan TBIG, dan 13% dan 11% terhadap pendapatan MTEL.

Dengan analisis tersebut, Henan Putihrai menyematkan peringkat overweight atas sektor industri menara telekomunikasi dengan rekomendasi beli kepada saham TOWR, MTEL, dan TBIG. Target harga yang dituju masing-masing pada kisaran Rp1.650, Rp950, serta Rp3.500 per lembar saham.