logo
Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis 12 Januari 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Bursa Saham

Peluang Rebound IHSG Terbuka, Didukung Support dan Ekspektasi Pelonggaran Moneter

  • Situasi geopolitik memang menantang, tapi bukan berarti pasar kehilangan pijakan. Selama tidak ada guncangan besar lanjutan, level support saat ini masih bisa menjadi titik balik

Bursa Saham

Alvin Bagaskara

JAKARTA - Di tengah ketidakpastian global, Kiwoom Sekuritas Indonesia melihat adanya peluang rebound teknikal bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), selama support psikologis di kisaran 5.900–6.000 dapat dipertahankan.

“Support psikologis IHSG berada di sekitar 5.900–6.000. Jika level ini mampu bertahan, peluang untuk teknikal rebound masih terbuka,” ujar Head of Research Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata, Rabu, 9 April 2025. 

Meskipun risiko eksternal masih membayangi, termasuk potensi eskalasi konflik dagang antara Amerika Serikat dan China, Liza menilai bahwa arah pasar belum sepenuhnya negatif. Ia menekankan bahwa selama tekanan tersebut tidak menciptakan gejolak besar dalam jangka pendek, pelaku pasar masih melihat ruang bagi pemulihan terbatas IHSG.

China sendiri telah mengumumkan tarif impor tambahan sebesar 34% terhadap produk AS yang akan berlaku mulai 10 April 2025, sebagai respons atas kebijakan tarif terbaru dari Presiden AS Donald Trump. Namun, Liza menyebutkan bahwa reaksi pasar hingga saat ini masih cenderung rasional dan terukur.

“Situasi geopolitik memang menantang, tapi bukan berarti pasar kehilangan pijakan. Selama tidak ada guncangan besar lanjutan, level support saat ini masih bisa menjadi titik balik,” jelasnya.

Selain itu, optimisme juga datang dari ekspektasi pelonggaran moneter yang digulirkan oleh bank sentral dunia. Goldman Sachs dan JPMorgan memprediksi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak empat hingga lima kali pada 2025, dengan penurunan pertama diperkirakan terjadi pada awal Mei.

“Ini merupakan katalis positif yang cukup kuat. Bank sentral dunia tampaknya mulai masuk ke fase kebijakan yang lebih akomodatif, yang bisa mendukung sentimen pasar dan meredakan kekhawatiran terhadap resesi global,” ujar Liza.

Dari dalam negeri, pelaku pasar juga menanti kebijakan pemerintah untuk menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi dan menahan potensi capital outflow. Liza mengatakan bahwa strategi Indonesia dalam menghadapi tekanan eksternal menjadi perhatian penting para investor.

“Jurus-jurus kebijakan pemerintah dalam menjaga pertumbuhan di kisaran 5% akan menjadi kunci. Selama arah kebijakan jelas dan responsif, pasar masih punya alasan untuk bertahan dan bahkan pulih secara bertahap,” pungkasnya.

Sebelumnya, IHSG sempat anjlok tajam pada pembukaan perdagangan Selasa, 8 April 2025. Indeks langsung merosot 598,558 poin atau 9,19% ke level 5.912,06, memicu penghentian perdagangan sementara atau trading halt karena penurunan melampaui ambang batas 8% yang ditetapkan Bursa Efek Indonesia (BEI).

Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menjelaskan bahwa anjloknya IHSG merupakan respons terhadap tekanan global yang terjadi selama masa libur Lebaran, yakni dari 28 Maret hingga 7 April 2025. Menurutnya, dalam periode tersebut, sejumlah bursa saham di kawasan Asia mengalami koreksi signifikan.

Jeffrey menyebut bahwa BEI memantau tren penurunan tajam di sejumlah indeks global seperti Nikkei 225, Singapore Exchange, hingga Hong Kong Stock Exchange. Ia menilai pelaku pasar domestik telah mengantisipasi penyesuaian itu saat perdagangan di Indonesia dibuka kembali. “Artinya, selama masa liburan itu, pasar global memang mengalami penurunan cukup dalam,” ujarnya.

Sementara itu, pada penutupan perdagangan Rabu, 9 April 2025, IHSG masih menunjukkan tekanan. Indeks ditutup melemah 28,15 poin atau 0,47% ke posisi 5.967,98. Adapun pergerakan saham masih didominasi oleh tren negatif, di mana 307 saham terkoreksi, 298 saham terapresiasi, dan 188 saham stagnan.