Pembakaran Alquran di Swedia dan Denmark Terus Terjadi
- Pembakaran Alquran di Swedia dan Denmark terus berulang di tengah kegamangan pemerintah setempat untuk menindak para pelaku.
Dunia
JAKARTA - Pembakaran Alquran di Swedia dan Denmark terus berulang di tengah kegamangan pemerintah setempat untuk menindak para pelaku. Pada awal pekan ini, tindakan yang dikecam masyarakat Muslim dunia itu kembali terjadi di kedua negara Nordik tersebut.
Di Stockholm, seorang pengungsi Irak yang berada di balik beberapa protes dalam beberapa pekan terakhir terlihat membakar salinan Alquran di luar parlemen Swedia. Di Denmark, para pengunjuk rasa anti-Muslim membakar Alquran di luar kedutaan besar Arab Saudi di Kopenhagen.
Swedia dan Denmark diketahui sedang mempertimbangkan cara-cara untuk membatasi tindakan buruk seperti pembakaran Alquran untuk menurunkan ketegangan dengan sejumlah negara Muslim.
Dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah protes yang digelar kalangan sayap kanan Denmark dan Swedia terus diwarnai pembakaran salinan Alquran. Dilansir dari Reuters, Selasa1 Agustus 2023, pemerintah Denmark menyatakan mereka akan mencari “alat hukum” yang dapat memungkinkan otoritas untuk campur tangan dalam protes semacam itu.
- Indonesia-Hong Kong Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Industri
- 5 Cara Menghasilkan Uang Hanya Bermodal HP, Mudah dan Fleksibel!
- Nonton Konser, Mark Zuckeberg Ternyata Fans Taylor Swift
Upaya itu dilakukan untuk menjaga kondusivitas keamanan setempat. “Kami sedang mengerjakan hal yang perlu untuk membantu mengurangi eskalasi masalah yang kami hadapi,” kata Menteri Luar Negeri Lars Lokke Rasmussen.
Pihaknya mengaku tidak melakukannya karena merasa tertekan. "Ini adalah analisis politik kami bahwa tindakan tersebut dalam kepentingan terbaik bagi kita semua. Kita tidak boleh hanya duduk dan menunggu ini meledak,” ujar Rasmussen.
Negara-negara Nordik telah mengutuk pembakaran Alquran. Namun mereka tidak dapat mencegahnya berdasarkan hukum konstitusi yang melindungi kebebasan berbicara. Meskipun demikian, keduanya tengah mempertimbangkan perubahan hukum yang akan memungkinkan otoritas mencegah dalam situasi khusus.
Namun mereka menghadapi kendala partai-partai sayap kanan yang menentang inisiatif tersebut. Beberapa di antaranya bahkan menyatakan kebebasan berbicara tidak boleh dikompromikan.
Menteri Luar Negeri Swedia, Tobias Billstrom, telah mengirim surat kepada seluruh 57 negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk menjelaskan hak Swedia dalam berkumpul dan mengutuk tindakan Islamofobia.