<p>Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati saat menghadiri Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin, 31 Agustus 2020. Rapat tersebut membahas tugas dan fungsi ISC sebagai pengganti Petral untuk impor minyak mentah dan BBM, rencana PT Pertamina (Persero) dalam penggunaan BBM ramah lingkungan serta progres dan proyeksi keterjaminan penyediaan LPG 3kg kepada rakyat pada 2020-2024 sesudah restrukturisasi PT Pertamina (Persero) Subholding Pemasaran. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Pembangunan Kilang Balikpapan Baru Capai 33,09 Persen

  • Direncanakan on stream pada 2024, proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Kilang Balikpapan PT Pertamina (Persero) hingga saat ini baru mencapai 33,09%.

Industri

Aprilia Ciptaning

JAKARTA – Direncanakan on stream pada 2024, proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Kilang Balikpapan PT Pertamina (Persero) hingga saat ini baru mencapai 33,09%.

CEO Subholding Refinery and Petrochemical PT Kilang Pertamina International Djoko Priyono menjelaskan, nantinya proyek RDMP dan Grass Root Refinery (GRR) ini akan mengolah produk petrokimia sekaligus berperan dalam peningkatan kapasitas dan kualitas kilang.

“Kami juga mempunyai tugas untuk mengelola kilang dan trading minyak mentah,” ungkapnya dikutip dari keterangan resmi, Rabu, 2 Juni 2021.

Diketahui, Kilang Balikpapan memiliki kapasitas produksi sebanyak 360 ribu barel per hari. Dengan adanya treating unit baru, pada fase kedua diharapkan olahan crude dengan kandungan sulfur di kilang ini bisa sebesar 3,5% pada 2026.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati pun mengaku memberikan keleluasaan kepada Subholding Refinery and Petrochemical untuk memilih crude yang menguntungkan.

“Ini bertujuan agar Gross Refining Margin tinggi sehingga menurunkan biaya pemrosesan dan meningkatkan kuantitas produk,” kata dia.

Proyek kilang ini disebutkan masuk dalam salah satu kebutuhan dana perseroan pada belanja modal (capital expenditure/capex) periode 2020-2026.

Nominal capex yang dianggarkan mencapai US$133 miliar setara Rp1.862 triliun (kurs Rp14.000 per dolar Amerika Serikat). Nilai ini berasal dari 47% dari kas internal, 10%  project financing, 28% dari eksternal, dan 15% dari pembiayaan ekuitas.

Adapun program pembangunan kilang lewat Refinery Development Master Plan (RDMP) menjadi rencana program Pertamina dalam meningkatkan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) ramah lingkungan, dan pengadaan atau impor minyak mentah melalui integrated supply chain (ISC). (RCS)