1000307295.jpg
Energi

Pembangunan PLTP Berjalan Lambat, Jokowi Heran

  • Menurutnya perihal perizinan ini harus dibenahi agar potensi 24.000 MW dapat dimanfaatkan dengan cepat.

Energi

Debrinata Rizky

JAKARTA - Presiden Joko Widodo mengaku heran dengan lambatnya proses pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Indonesia. Padahal, menurutnya RI memiliki potensi hingga 24.000 MW dan pembangkit listrik ini tidak tergantung pada musim dan cuaca.

Jokowi mengetahui hal ini setelah mengunjungi 3 lokasi PLTP yang dan menemukan banyak investor yang berminat menanamkan modalnya pada pembangunan PLTP di dalam negeri.

"Dan ketahuan seperti yang disampaikan Menteri ESDM ternyata untuk mulai konstruksi dari awal sampai urusan perizinan bisa 5-6 tahun," ujar Jokowi dalam sambutannya pada agenda  Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition (IIGCE) ke-10 di Jakarta Convention Center (JCC) Rabu, 18 September.

Menurutnya perihal perizinan ini harus dibenahi agar potensi 24.000 MW dapat dimanfaatkan dengan  cepat. Lantaran, hingga saat ini potensi yang sudah dikembangkan baru 11% dari total potensi yang ada.

Dengan perizinan yang cepat, pembangunan PLTP dapat berjalan dengan cepat sehingga investor dapat masuk dan menanamkan modalnya di RI.

Di sisi lain, lanjut Jokowi, dalam mengembangkan energi hijau, banyak neagra menghadapi tantangan berupa keterjangkauan harga, keadilan akses energi bagi masyarakat serta pemanfaatan teknologi yang tidak terbuka sehingga tidak optimal.

Investasi Panas Bumi 2024 Diproyeksikan Tembus US$8,7 Miliar

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memproyeksikan nilai investasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) pada tahun 2024 mencapai US$8,7 miliar atau setara dengan Rp133,6 (kurs Rp15,366 per dolar AS).

Hal ini dilatarbelakangi oleh pertumbuhan investasi selama 10 tahun terakhir yang tercatat naik 8 kali lipat. Adapun kapasitas listrik PLTP mencapai 18,5% dari total listrik energi baru terbarukan nasional atau 3% dari total 93 GW. 

"Jadi tumbuh 8 kali lipat, sehingga 2024 diperkirakan investasi di geothermal sebesar US$8,7 miliar," ujar Bahlil dalam The 10th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2024 di Jakarta Convention Center, Rabu, 18 September.

Bahlil menyebut, selain menciptakan nilai investasi, pembangunan PLTP juga turut menciptakan lapangan pekerjaan bagi 900.000 orang serta memberikan kontribusi kepada negara kurang lebih Rp16 triliun. 

Menurutnya tidak hanya dampak ekonomi, PLTP juga telah berkontribusi untuk mengurangi 17,4 juta ton CO2 per tahun di Indonesia. Meski naik signifikan, Bahlil menyebut pengembangan PLTP tidak lepas dari sejumlah tantangan.

Perizinan Lamban

Dikatakan Bahlil, salah satu tantangan dalam pengembangan energi di Indonesia adalah lambatnya proses perizinan investasi.  Padahal, kata dia, saat masih menjabat sebagai Menteri Investasi, pemerintah telah mereformasi Undang-Undang Cipta Kerja namun perizinan masih lambat.

Tak berhenti sampai di situ, pada proses eksplorasi juga membutuhkan waktu yang lama sehingga seluruh proses pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) bisa mencapai 6 tahun, atau melebihi periode kepemimpinan kepala negara.

Bahlil juga meminta izin kepada kepala negara untuk memangkas syarat dan waktu perizinan untuk mempercepat investasi di sektor energi.

Untuk itu ia meminta Investor untuk tidak ragu melakukan investasi di sektor energi karena permasalahan perizinan ini sudah disampaikan kepada Presiden Jokowi dan Presiden Terpilih, Prabowo Subianto.