Pembangunan Rumah Baru di AS Capai Rekor Tertinggi dalam 3 Dekade, Rupiah Berpeluang Jatuh Lagi
- Menurut data perdagangan Bloomberg, Rabu, 21 Juni 2023, nilai kurs rupiah dibuka melemah 32 poin di posisi Rp15.036 per-dolar AS.
Pasar Modal
JAKARTA - Nilai kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpeluang jatuh lagi pada perdagangan hari ini karena didorong oleh data pembangunan rumah baru di negeri Paman Sam yang mencapai rekor tertinggi dalam tiga dekade terakhir.
Menurut data perdagangan Bloomberg, Rabu, 21 Juni 2023, nilai kurs rupiah dibuka melemah 32 poin di posisi Rp15.036 per-dolar AS.
Pada perdagangan sebelumnya, Selasa, 20 Juni 2023, nilai kurs rupiah ditutup melemah 10 poin di level Rp15.004 per-dolar AS.
- Mulai Dari ADRO Sampai EXCL, Simak 4 Rekomendasi Saham untuk Hari Ini!
- Harga Saham Naik Tajam, Kekayaan Lima Bos Bluebird ini Naik Ratusan Miliar
- Nusatama Berkah (NTBK) Dapatkan Kontrak untuk Debut di Pasar Ekspor
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan, rupiah hari ini dapat melemah karena dipengaruhi oleh sentimen dari data pembangunan rumah baru di AS.
Pada Mei 2023, tercatat ada 1,63 juta rumah baru untuk keluarga tunggal di AS, jauh lebih tinggi dari ekspektasi para ekonom yang disurvei Dow Jones di angka 1,39 juta.
Perkembangan tersebut menjadi sinyal bahwa pasar properti tampak masih bisa mencetak kinerja positif di tengah tekanan yang hadir dari suku bunga The Federal Reserve (The Fed).
Maka dari itu, pencapaian ini pun dapat menjadi petanda bagi The Fed untuk bisa mengerek suku bunganya lagi dalam waktu dekat, apalagi Gubernur The Fed Jerome Powell berkomentar bahwa pihaknya kemungkinan masih akan menaikkan Fed Fund Rate dua kali lagi untuk tahun ini.
"Pertumbuhan di atas ekspektasi ini dapat mendorong penguatan dolar AS," ujar Ariston kepada TrenAsia, Rabu, 21 Juni 2023.
Sementara itu, nilai kurs rupiah juga masih berpeluang melemah karena pasar masih mencermati prospek kenaikan suku bunga The Fed untuk ke depannya.
Setelah mengeluarkan pernyataan bernada hawkish pada akhir pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Juni 2023, Jerome Powell pun akan menyampaikan laporan di kongres AS pada hari ini waktu setempat.
Pelaku pasar pun menanti-nanti pernyataan Powell pada kongres tersebut untuk menilai arah kebijakan moneter dari The Fed ke depannya.
Menurut data CME FedWatchTool yang diakses Rabu, 21 Juni 2023, 76,9% pelaku pasar saat ini memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 5,25%-5,5% pada pertemuan Juli nanti.
Sementara itu, 23,1% pelaku pasar lainnya berpendapat bahwa The Fed masih akan menahan suku bunga di level 5%-5,25%.
Menurut Ariston, untuk perdagangan hari ini, nilai kurs rupiah berpotensi melemah ke arah Rp15.050 per-dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp14.950 per-dolar AS.
- IHSG Ambruk di Sesi Pertama, Saham DEWA Ngacir Efek Anthoni Salim
- Dirut dan Wadirut Mundur Usai Anthoni Salim Masuk ke DEWA
- Mantan Panglima TNI Andika Perkasa Dikabarkan jadi Komut PTBA
Pada perdagangan kemarin, dolar AS menguat pada perdagangan seiring meningkatnya permintaan aset safe haven.
Peningkatan tersebut terjadi karena penurunan suku bunga yang dilakukan bank sentral China telah mengindikasikan perlambatan ekonomi di negara tersebut.
"Penurunan suku bunga oleh bank sentral China gagal meredakan kekhawatiran investor atas perlambatan pertumbuhan ekonomi," ujar Ibrahim dikutip dari riset harian, Rabu, 21 Juni 2023.
Pada Selasa, 20 Juni 2023, PBoC memutuskan untuk memangkas suku bunga dasar pinjaman tenor satu tahun sebesar 10 basis poin menjadi 3,55% sementara suku bunga dasar pinjaman tenor lima tahun dipangkas dengan besaran yang sama menjadi 4,2%.
Walaupun pemangkasan suku bunga ini bisa dipandang sebagai upaya China untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi, namun kebijakan yang diambil tatkala sektor properti masih di bawah tekanan menjadi faktor yang membuat pelaku pasar khawatir akan perlambatan yang terjadi.