Aktifitas pelayanan perbankan di salah satu cabang BSI kawasan Gatot Subroto, Jakarta. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Perbankan

Pembiayaan BSI (BRIS) Naik 15 Persen jadi Rp231,6 Triliun pada Kuartal III-2023

  • Pertumbuhan pembiayaan BSI pada kuartal III-2023, dapat dibilang merata di seluruh segmen bisnisnya.

Perbankan

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI sukses mencatatkan pembiayaan sebanyak Rp231,6 triliun pada kuartal III-2023. Nominal itu melesat 15,94 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

Berdasarkan uraian kinerja keuangan BSI pada kuartal III-2023 yang baru saja disampaikan secara virtual di Jakarta, pada Selasa, 31 Oktober 2023, pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah ini dapat dibilang merata di seluruh segmen bisnisnya. 

Pembiayaan sektor konsumer menjadi yang terbesar, yakni Rp119 triliun dengan pertumbuhan 17,6% secara tahunan. Lalu, disusul pembiayaan korporasi dan komersial oleh mengalami peningkatan sebesar 16,8% secara tahunan menjadi Rp66,3 triliun.

Selain itu, terdapat sektor pembiayaan gadai yang mengalami pertumbuhan sebesar 17,6% menjadi Rp6,77 triliun, dan pembiayaan terhadap sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) meningkat sebesar 9,8% secara tahunan menjadi Rp40,1 triliun.

Diketahui, jumlah pembiayaan BSI pada kuartal III-2023 secara nyata langsung mendorong pertumbuhan aset perusahaan sebanyak 14,23% secara tahunan, yang nilainya Rp320 triliun. 

Menyikapi pertumbuhan pembiayaan, Direktur Keuangan & Strategy Ade Cahyo Nugroho mengatakan fungsi intermediasi perusahaan berjalan baik dengan ruang likuiditas yang masih cukup untuk ekspansi.

Ade menyebut, rasio pembiayaan terhadap simpanan atau financing to deposit ratio(FDR) bank masih di level 88,3%. Itu artinya, seiring bertumbuhnya pembiayaan bank tumbuh, kualitas aset perseroan masih tetap terjaga dengan baik.

"Loan growth salah satu yg tertinggi di industri dan bisa dilihat NPF yang juga perbaikan, jadi bukan hanya tumbuh agresif tapi juga perbaikan," papar Ade.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Manajemen Risiko Grandhis menyampaikan bahwa kualitas aset mengalami peningkatan berdasarkan empat indikator utama. Rasio pembiayaan bermasalah atau non-performing financing (NPF) nett menurun menjadi 0,46% per September 2023.

Selanjutnya, pembiayaan dalam risiko atau financing at risk (FAR) turun dari 14,03% menjadi 10,63%. Selain itu, ada cost of credit (COC) mencapai 1,35%, mengalami penurunan sebesar 4 basis poin (bps).

"Terakhir coverage posisi September sebesar 189,56% di mana angka ini tumbuh 27,29% dibandingkan tahun lalu," ungkap Gandhis. 

Grandhis menyatakan bahwa sampai bulan September 2023, seluruh pembiayaan baru dalam segmen grosir oleh BSI menunjukkan kinerja yang baik dengan status kolektibilitas 1. Terlebih pada periode yang sama, sebanyak 99,68% pembiayaan ritel juga berstatus lancar.

Laba dan Pendapatan Terkerek

Sementara itu, Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan bahwa BSI berhasil mencetak pendapatan sebesar Rp12,86 triliun hingga kuartal III-2023. Nominal ini mengalami peningkatan sebesar 6,94% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp12,03 triliun.

Sejalan dengan pertumbuhan pendapatan tersebut, Hery juga menyebut bahwa laba bersih BSI juga tembus Rp 4,2 triliun hingga September 2023. Realisasi tersebut naik 31,04 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Selain kenaikan pendapatan, melesatnya laba bersih juga didorong oleh terkumpulnya dana pihak ketiga (DPK) yang nilainya mencapai Rp262 triliun. Nominal itu bertumbuh 6,9% secara tahunan dengan dana produk tabungan tumbuh 5,24%. Tak kalah pentingnya, fee based income BSI juga tumbuh 12,44% menjadi Rp3,02 triliun.