Pembiayaan Hijau Diproyeksikan Jadi Pilar Pertumbuhan UOB di Masa Depan
- UOB Indonesia memproyeksikan pertumbuhan pembiayaan hijau akan lebih besar daripada pertumbuhan kredit konvensional seiring dengan berjalannya waktu.
Finansial
JAKARTA - Pembiayaan hijau diproyeksikan akan menjadi salah satu pilar pertumbuhan bisnis bagi PT Bank UOB Indonesia di masa depan seiring dengan target pemerintah untuk mendorong ekosistem ekonomi yang berkelanjutan.
Hal tersebut disampaikan oleh Wholesale Banking Director UOB Indonesia Harapman Kasan saat ditemui wartawan di UOB Plaza, Senin, 25 September 2023.
Walaupun tidak menyebutkan angka secara persis, Harapman mengatakan bahwa pertumbuhan penyaluran pembiayaan hijau di UOB Group sendiri telah mencapai dua digit.
"Di Indonesia sendiri (tren pembiayaan ijau) masih baru, tapi saya lihat Indonesia juga kesempatannya cukup besar karena pembiayaan hijau itu akan jadi salah satu pilar pertumbuhan kita ke depannya," kata Harapman.
- Simak Profil Barito Renewables Energy yang Mau IPO
- Ahli: Hubungan Anda Bisa Berubah Toxic Jika Penanganan Konfliknya Seperti Ini
- Stres Pekerjaan Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung hingga Dua Kali Lipat pada Pria
Ditinjau dari target rasio pembiayaan hijau terhadap keseluruhan kredit, UOB sendiri belum bisa menyampaikan angka secara spesifik.
Akan tetapi, Harapman memproyeksikan pertumbuhannya akan lebih besar daripada pertumbuhan kredit konvensional seiring dengan berjalannya waktu.
"Saya rasa ini pertumbuhannya akan jadi lebih besar daripada pertumbuhan kredit yang normal. Kalau pertumbuhan kredit konvensional itu katakanlah ada di 5%, harusnya yang sustainable financing itu akan di atas itu kira-kira," lanjut Harapman.
Sebagai informasi, di pertengahan tahun ini, tepatnya pada 25 Juli 2023, UOB Indonesia telah meluncurkan program pembiayaanU-Solar 2.0 untuk mendukung industri panel surya yang merupakan bagian dari penerapan nilai-nilai lingkungan, sosial, dan tata kelola (enviromental, social, and governance/ESG).
U-Solar 2.0 diinisiasi dalam rangka memperluas cakupan program pembiayaan bagi kontraktor yang bergerak di bidang solar engineering, procurement, construction, and commissioning (EPCC) lokal serta pengembang proyek lainnya yang berkaitan.
Dengan adanya program U-Solar 2.0 ini, akses pembiayaan bagi industri yang bergerak di bidang tenaga surya yang menjadi salah satu penopang ekosistem berkelanjutan pun menjadi lebih disederhanakan.
Dari hasil studi yang dilakukan oleh UOB, ditemukan bahwa pebisnis di Indonesia dewasa ini mayoritasnya menempatkan aspek keberlanjutan sebagai prioritas utama.
- Pertama di Asia Tenggara, Semen Indonesia Operasikan Fasilitas Penjaga Ozon
- Crazy Rich Surabaya Menang Gugatan Rp1 Triliun Usai MA Tolak PK Antam
- Anak Usaha Waskita Karya Dapat Restrukturisasi Utang Rp112 Miliar dari Bank BJB
Menurut hasil studi tersebut, aspek keberlanjutan menduduki peringkat prioritas utama pada tahun 2023 di antara 97% bisnis di Indonesia. Sebanyak 47% bisnis pun sudah mulai menerapkan praktik keberlanjutan dalam bisnis mereka.
program U-Solar 2.0 ini dicanangkan untuk membantu menghubungkan ekosistem tenaga surya dan mempercepat transisi menuju ekonomi rendah karbon. Hal tersebut sejalan dengan agenda pemerintah untuk menggerakkan 23% pembangkit listrik dari energi baru terbarukan pada tahun 2025.
Dalam program U-Solar 2.0, kontraktor dan pengembang dapat mengakses pembiayaan dengan persyaratan kredit yang lebih baik saat membeli dari pemasok peralatan yang disetujui dalam program.
Rangkaian solusi akses tersebut juga meliputi pembiayaan perdagangan ramah lingkungan yang secara efektif mengatasi masalah arus kas dan kesenjangan modal kerja untuk pengembang dan kontraktor.