Pembiayaan Kendaraan Listrik Adira Finance Meningkat 136 Persen di Tengah Lesunya Industri Otomotif
- Peningkatan pembiayaan kendaraan listrik Adira Finance menambah angin segar di tengah penurunan laba bersih yang dialami perusahaan akibat menurunnya kinerja industri otomotif.
IKNB
JAKARTA – Di tengah lesunya penjualan otomotif sepanjang sembilan bulan pertama 2024, PT Adira Dinamika Multifinance Tbk (ADMF) berhasil mencatatkan peningkatan pembiayaan untuk kendaraan listrik. Hal ini sejalan dengan upaya perusahaan dalam mendukung transisi energi bersih dan mendukung program pemerintah untuk mempercepat penggunaan kendaraan ramah lingkungan.
Peningkatan pembiayaan kendaraan listrik Adira Finance menambah angin segar di tengah penurunan laba bersih yang dialami perusahaan akibat menurunnya kinerja industri otomotif.
Hingga September 2024, Adira Finance mencatatkan total pembiayaan baru untuk kendaraan listrik mencapai Rp290 miliar atau melonjak 136% secara tahunan.
- SRIL Pailit, Bagaimana Nasib 45 Ribu Pemegang Saham?
- Gaji Guru Bakal Naik Tahun 2025, Berapa Nominalnya?
- Bukalapak Mau Tutup Sejumlah Lini Usaha, Karyawan Bakal Terdampak
Adira Finance dan Dukungan untuk UMKM
Selain mendukung transisi energi bersih, Adira Finance juga turut mengimplementasikan prinsip sosial dalam kerangka Environmental, Social, and Governance (ESG) melalui dukungannya terhadai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
UMKM menjadi salah satu prioritas Adira Finance di tengah tantangan ekonomi saat ini. Sejak Agustus 2024, perusahaan meluncurkan Adira Festival Pasar Rakyat (FPR) yang berlangsung hingga Desember 2024 di beberapa daerah.
Program ini hadir dengan tiga pilar utama, yaitu peningkatan ekonomi pasar, engagement komunitas, dan program keberlanjutan.
Dengan menjalin sinergi antara pengelola pasar, pedagang, pemerintah, dan masyarakat, Adira Finance berharap pasar rakyat bisa menjadi pusat ekonomi yang lebih modern dan inklusif.
Kinerja Pembiayaan dan Keuangan Adira Finance di Tengah Lesunya Industri Otomotif
Kinerja Adira Finance terpengaruh oleh kondisi lesu di industri otomotif Indonesia. Penjualan ritel mobil baru turun 12% secara tahunan menjadi 657 ribu unit, sementara sepeda motor baru hanya mencatatkan kenaikan tipis sebesar 5% menjadi 4,7 juta unit. Penurunan tersebut berdampak pada pembiayaan baru Adira Finance yang berfokus pada sektor otomotif, yang turun sebesar 9% menjadi Rp27,8 triliun hingga September 2024.
"Penurunan ini terutama terjadi pada segmen otomotif, mengingat sektor tersebut saat ini memang sedang lesu," kata Dewa Made Susila, Direktur Utama Adira Finance melalui pernyataan tertulis, dikutip Kamis, 31 Oktober 2024.
Meski begitu, Adira Finance masih mencatat pertumbuhan di segmen non-otomotif. Pembiayaan baru untuk segmen ini mencapai Rp6,8 triliun, dengan segmen multiguna sebagai kontributor terbesar dalam portofolio non-otomotif perusahaan.
Adira Finance juga mencatatkan peningkatan signifikan dalam pembiayaan berbasis syariah, yang totalnya mencapai Rp5,9 triliun atau sekitar 21% dari total pembiayaan baru perusahaan.
- Sejarah Sritex, Perusahaan Tekstil Legendaris yang Dinyatakan Pailit
- Sritex (SRIL) Dinyatakan Pailit, Berapa Total Utangnya?
- Utang Bank oleh Sritex (SRIL) Capai Rp13,29 Triliun, Ini Daftar Krediturnya
Dalam sembilan bulan pertama 2024, Adira Finance mencatatkan total pendapatan sebesar Rp7,5 triliun, meningkat 9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Namun, total beban perusahaan juga mengalami kenaikan sebesar 18% secara tahunan menjadi Rp6,1 triliun, terutama disebabkan oleh biaya pendanaan dan biaya kredit yang lebih tinggi. Kenaikan beban ini menyebabkan laba bersih setelah pajak turun 17% menjadi Rp1,1 triliun.
Strategi Pendanaan dan Penerbitan Obligasi
Untuk menjaga kelancaran pendanaan, Adira Finance terus melakukan diversifikasi sumber dana. Di samping kerja sama pembiayaan dengan Bank Danamon, perusahaan juga mengandalkan pinjaman dari bank domestik dan asing, serta menerbitkan obligasi dan sukuk mudharabah.
Pada Oktober 2024, Adira Finance menerbitkan Obligasi Berkelanjutan VI Tahap IV senilai Rp2 triliun yang mengalami kelebihan permintaan hingga 2,3 kali lipat, mencerminkan kepercayaan investor yang tinggi.